Sangat Langka, Ilmuwan Menemukan Sinyal Aneh dari "Kedipan Bintang"

Sinyal aneh dari kedipan bintang ternyata disebabkan katai coklat yang berkuran super besar.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Jum'at, 28 Juni 2019 | 20:00 WIB
Ilustrasi katai cokelat yang mengorbit dalam pola tidak biasa. (NASA)

Ilustrasi katai cokelat yang mengorbit dalam pola tidak biasa. (NASA)

Hitekno.com - Dalam sekali atau dua kali sehari, benda aneh yang ada di galaksi Bima Sakti tampak berkedip pada astronom di Bumi. Kini ilmuwan telah memecahkan penyebab sinyal aneh kedipan bintang yang mempunyai pola tak biasa di luar angkasa.

Objek itu disebut NGTS-7, sebuah objek yang terlihat seperti bintang tunggal bagi kebanyakan teleskop.

Para peneliti di University of Warwick dibuat penasaran dengan sinyal aneh seperti benda berkedip yang memancarkan suar.

Baca Juga: Ditemukan 18 Planet Asing Baru Seukuran Bumi, Bisa Ditinggali?

Pada pemeriksaan lebih lanjut, mereka memperhatikan bahwa cahaya itu berasal dari bintang yang meredup setiap 16,2 jam.

Ketika para astronom mulai memperbesar ke dalam objek, sebuah pola tak biasa ditemukan dalam sistemnya.

Terdapat dua bintang dengan ukuran yang sama dalam satu sistem, dan anehnya, hanya satu dari mereka yang meredup sebentar dengan cara itu.

Baca Juga: Fotografer Amatir Ini Foto Bulan dan Planet dengan Kamera 81 MP

Redupan mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang gelap berputar-putar tepat di atas permukaan bintang.

Ilustrasi ukuran Jupiter, Bumi, Bulan dan Matahari. (Wikipedia/ dedepamn)
Ilustrasi ukuran Jupiter, Bumi, Bulan dan Matahari. (Wikipedia/ dedepamn)

Penelitian tentang sinyal aneh dan redupan bintang ini telah diterbitkan di jurnal arXiv.

Peneliti menemukan bahwa ternyata terdapat katai coklat (brown dwarf) yang mengorbit pada salah satu bintang dengan begitu cepat.

Baca Juga: Diduga Alien, Peneliti Tangkap Sinyal Aneh Dari Luar Angkasa

Berkat orbitnya yang sangat ketat, katai coklat hanya membutuhkan waktu 16,2 jam untuk melakukannya.

Untuk mendeteksi adanya bintang dan pola aneh tersebut, peneliti menggunakan cara yang sama untuk mendeteksi exoplanet (planet terluar tata surya).

Perbandingan Matahari, bintang muda, katai coklat, Jupiter, dan Bumi. (Wikipedia/ NASA)
Perbandingan Matahari, bintang muda, katai coklat, Jupiter, dan Bumi. (Wikipedia/ NASA)

Pendeteksian terhadap katai coklat sangat menarik mengingat benda itu biasanya dua hingga beberapa puluh kali lebih besar dibandingkan Jupiter.

Baca Juga: Pesan dari Alien, Teleskop Radio Kanada Tangkap Sinyal Aneh

Sebagai perbandingan lebih detail, ukuran Jupiter 10 kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran Bumi.

Seiring waktu, gaya magnet dari bintang pusat akan memperlambat orbit katai coklat.

Akhirnya di masa depan yang tidak terlalu jauh (setidaknya dalam ukuran bintang), orbit katai coklat akan runtuh seluruhnya sehingga jatuh ke bintang inangnya.

Ilustrasi katai coklat yang mengorbit pada bintang inangnya di tahun 1995. (Wikipedia/ NASA)
Ilustrasi katai coklat yang mengorbit pada bintang inangnya di tahun 1995. (Wikipedia/ NASA)

Dikutip dari Live Science, peneliti menekankan bahwa apabila kejadian tersebut berhasil direkam, maka akan tercipta pemandangan luar biasa di luar angkasa.

Itu seperti bola bowling hangat yang terhempas ke dalam balon air raksasa yang terbuat dari plasma super panas.

Penelitian mengenai sinyal aneh dari kedipan bintang ini sangat menarik mengingat ilmuwan bisa mempelajari fenomena tidak biasa terkait 2 bintang yang ada di dalam satu sistem.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB