Cacing Pipih Papua Nugini Jadi Teror Menyeramkan di Rumah Ini

Cacing pipih Papua Nugini ini merupakan hewan invertebrata yang memiliki garis berwarna cokelat muda di punggung.

Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia

Posted: Selasa, 09 Juli 2019 | 07:45 WIB
Cacing pipih Papua Nugini. (Wikipedia/Pierre Gros)

Cacing pipih Papua Nugini. (Wikipedia/Pierre Gros)

Hitekno.com - Sebuah rumah di Texas, Amerika Serikat belum lama ini mendapat teror menyeramkan dari cacing berwarna hitam dengan lendir yang tampak aneh yang diketahui merupakan cacing pipih Papua Nugini.

Hewan ini ditemukan oleh si penghuni rumah di teras halamannya dua pekal lalu di malam hari. Hewan hitam berlendir yang menggeliat ini tampak aneh dan menjinjikan.

Tidak terlalu memperhatikan hewan tersebut, wanita penghuni rumah ini lalu memperingatkan tetangga lainnya, penduduk kota Pearland, Texas untuk berhati-hati dengan hewan kecil tersebut.

Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Makanan Berbahan Dasar Listrik, Air, dan Udara

Wanita ini lalu melaporkan penemuannya tersebut ke Texas Invasive Species Institute (TISI) yang lalu diketahui bahwa cacing ini adalah cacing pipih Papua Nugini yang memiliki parasit berbahaya di tubuhnya.

Dilansir dari IFL Science, cacing pipih Papua Nugini ini biasanya tinggal di daerah subtropis. Di Amerika, cacing pipih Papua Nugini ini ditemukan di Texas dan Florida.

Cacing pipih Papua Nugini. (Wikipedia/Makiri Sai)
Cacing pipih Papua Nugini. (Wikipedia/Makiri Sai)

Cacing pipih Papua Nugini ini merupakan hewan invertebrata yang memiliki garis berwarna cokelat muda di punggung. Hewan ini diketahui memakan siput, cacing tanah, dan isopoda.

Baca Juga: Merangkak di Langit Rumah, Mahkluk Aneh dengan Tentakel Ini Bikin Merinding

Hewan ini bisa tumbuh 4 hingga 8 sentimeter. Walaupun bertubuh kecil, hewan ini dapat membunuh siput Afrika Raksasa yang berukuran hingga 17 sentimeter.

Berbahaya buat hewan khususnya siput, cacing pipih Papua Nugini ini juga berbahaya bagi manusia. Karena pada tubuh hewan ini terdapat parasit cacing paru-paru tikus atau Rat Lungworm.

Cacing paru-paru tikus ini dapat mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang manusia dan menyebabkan meningitis yang langka.

Baca Juga: Dari Makhluk Mistis Hingga Berubah Hitam, Ini 5 Fakta Unik Jerapah

Gejala-gejala penyakit ini antara lain seperti sakit kepala, kaku di leher, sakit di kulit dan bagian luar tubuh, demam, mual, hingga muntah. Sedangkan di bagian wajah, bisa saja terjadi lumpuh sementara dan membuat mata menjadi peka terhadap cahaya.

Cacing pipih Papua Nugini. (Wikipedia/Pierre Gros)
Cacing pipih Papua Nugini. (Wikipedia/Pierre Gros)

Dampak berbahaya ini biasanya muncul setelah tiga minggu usai seseorang terinfeksi terkena cacing pipih Papua Nugini ini. Tidak ada obat khusus yang dapat menyembuhkan penyakit ini, namun kamu dapat sembuh dengan sendirinya.

Sangat disarankan untuk tidak menyentuk cacing pipih Papua Nugini ini dengan tangan kosong. Sebaiknya, menggunakan sarung tangan, tongkat, atau forceps dan penjepit sekali pakai.

Baca Juga: Lima Hal Langka dan Aneh yang Ditemukan di Alam, Bikin Geleng Kepala

Untuk membunuh cacing pipih Papua Nugini, kamu bisa menggunakan minyak sitrus dan semprotan cuka dan garam.

Mengenai bagaimana hingga cacing pipih Papua Nugini bisa tiba di Texas, hal ini bisa saja berasal dari sebuah pot tanaman yang penghuni rumah beli beberapa waktu yang lalu.

Hingga artikel ini dibuat, TISI sudah langsung menangani masalah teror menyeramkan dari cacing pipih Papua Nugini tersebut.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB