Makhluk Penghisap Darah Hantui Peternakan AS, Banyak Sapi Mati

Makhluk penghisap darah ini diyakini juga bepotensi membawa virus mematikan.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Jum'at, 12 Juli 2019 | 14:00 WIB
Ilustrasi sapi. (Pixabay/ Bertsz)

Ilustrasi sapi. (Pixabay/ Bertsz)

Hitekno.com - Bukan sekadar mitos atau isapan jempol belaka, makhluk penghisap darah ternyata memang ada dan telah dikonfirmasi oleh ilmuwan. Namun santai saja, makhluk itu bukan vampir atau drakula, namun lebih kepada segerombolan kutu jahat yang membawa infeksi mematikan.

Segerombolan kutu kloning yang ganas diketahui telah membunuh seekor sapi di North Carolina, Amerika Serikat.

Disebut kutu kloning, karena mereka bisa memperbanyak diri mereka dengan bertelur hingga 2.000 klon kutu partenogenetik (tanpa kawin)

Baca Juga: Medan Magnet di Kutub Utara Berubah, Sesuatu yang Aneh Sedang Terjadi

Sapi yang menjadi korban kutu kloning tersebut merupakan sapi kelima yang telah dicatat secara resmi oleh lembaga terkait.

Peneliti menemukan bahwa kutu kloning membunuh sapi dengan metode "exsanguination" atau pengeringan dan penghisapan darah.

Sapi ditemukan mati dalam kondisi kekurangan darah dan terinfeksi penyakit.

Baca Juga: Mengerikan, Ular Piton Ini Dipenuhi 511 Kutu

Haemaphysalis longicornis betina. (Wikipedia/ James Gathany)
Haemaphysalis longicornis betina. (Wikipedia/ James Gathany)

Penyebab resmi kematian adalah anemia akut, yang biasanya dikaitkan dengan pendarahan hebat.

Pada bulan Juni 2019, peneliti penyakit menular di New York melaporkan kasus pertama spesies kutu yang terinfeksi menggigit manusia di AS.

Dr. Bobbi S. Pritt, seorang peneliti dan juga direktur Clinical Parasitology Laboratory di Mayo Clinic sangat mengkhawatirkan laporan itu terkait dengan beberapa alasan.

Baca Juga: Jangan Dicontoh, Pemotor Cari Kutu di Tengah Jalan

Ia telah menuliskan komentar dan pendapatnya dalam jurnal yang diterbitkan di Clinical Infectious Diseases.

Kutu kloning yang dipermasalahkan merupakan jenis spesies kutu bercangkang panjang Asia atau memiliki nama ilmiah Haemaphysalis longicornis.

Ilustrasi hewan yang terinfeksi kutu cankang panjang Asia. (Penn State University)
Ilustrasi hewan yang terinfeksi kutu cankang panjang Asia. (Penn State University)

Makhluk penghisap darah yang sama juga dikaitkan dengan kematian empat sapi di Surry County sejak tahun 2018.

Baca Juga: Miris, Beruang Kutub Bertahan Hidup dengan Makan Bangkai Paus

Dikutip dari Arstechnica, Dr. Pritt khawatir terhadap hewan itu karena diketahui kutu penghisap darah bisa menyebarkan virus.

Kutu diketahui bisa menyebarkan virus SFTVS (Severe Fever with Thrombocytopenia Syndrome Virus), virus berbahaya yang mematikan.

SFTSV terkait dengan virus Heartland yang ditemukan di AS dan telah dilaporkan tingkat kematiannya hingga 30 persen.

Kutu pengisap darah atau memiliki nama ilmiah Haemaphysalis longicornis. (Wikimedia Commons)
Kutu pengisap darah atau memiliki nama ilmiah Haemaphysalis longicornis. (Wikimedia Commons)

Virus tersebut bahkan pernah menyerang China dan memakan korban jiwa 36 orang.

H. longicorni juga diketahui menularkan Rickettsia japonica, penyebab demam bercak Jepang.

"Sejauh ini, penyelidik kesehatan belum menemukan kutu yang menyimpan kuman dan virus tersebut. Tetapi ada risiko bahwa pada suatu titik mereka dapat membawanya," komentar Dr Pritt.

Mungkin manusia di AS masih belum terlalu khawatir dengan makhluk penghisap darah ini, namun para peternak tetap waspada karena kutu kloning tersebut bisa menyerang hewan berharga mereka kapan saja.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB