Hitekno.com - Pada 22 Desember 2018 lalu, tsunami di Selat Sunda membuat duka bagi Indonesia. Baru-baru ini, sebuah penelitian Gunung Anak Krakatau dilakukan untuk mengungkap penyebab tsunami dahsyat tersebut.
Tsunami di Selat Sunda tahun 2018 lalu ini dianggap sebagai momen musibah yang terlepas dari pantauan pihak penanggulangan bencana.
Pasalnya, tanpa ada gempa besar yang bisa menjadi pendeteksi, tsunami besar menghantam beberapa wilayah pesisir seperti Banten dan Lampung.
Baca Juga: Trump Diduga Tanpa Sengaja Bocorkan Data Satelit Mata-Mata AS
Belakangan baru diketahui bahwa penyebab tsunami di Selat Sunda tahun 2018 ini adalah runtuhnya lereng Gunung Anak Krakatau.
Selang beberapa bulan, seorang peneliti dari University of Hull, Inggris bernama Rebecca Williams bersama rekan-rekannya membuat penelitiannya.
Dilansir dari Science Daily, penelitian ini dilakukan dengan menganalisa runtuhnya gunung berapi setinggi 230 meter tersebut.
Baca Juga: Gulma Raksasa Ini Jadi Teror Mengerikan di Amerika Serikat
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab tsunami di Selat Sunda.
Dengan menggunakan metode penginderaan jauh atau citra satelit, proses runtuhnya lereng Gunung Anak Krakatau ini dapat dilihat secara detail untuk kemudian diteliti.
Hasilnya, Rebecca Williams dan tim berhasil menemukan bahwa bencana tsunami di Selat Sunda tahun 2018 ini terjadi karena runtuhan yang berkapasitas kecil. Diketahui sebelum runtuh, terjadi letusan di Gunung Anak Krakatau.
Baca Juga: 14 September Mendatang, Asteroid Raksasa Ini Melintasi Bumi
Sebelum akhirnya runtuh dan menyebabkan tsunami di Selat Sunda tahun 2018 lalu, Gunung Anak Krakatau rupanya dalam keadaan erupsi yang normal.
Walaupun bersifat normal, saat lereng Gunung Anak Krakatau ini runtuh, letusan gunung yang dihasilkan menjadi eksplosif.
Diduga kuat jika runtuhnya lereng ini membuat air laut masuk ke dalam sistem Gunung Anak Krakatau dan membuat letusan-letusan berubah menjadi tipe freatomagmatik yang merupakan jenis letusan yang eksplosif.
Baca Juga: Kenapa Kita Tidak Bisa Ingat Kejadian di Awal Kehidupan? Ini Penjelasannya
Letusan dengan sifat eksplosif ini lalu menghancurkan puncak Gunung Anak Krakatau dan meruntuhkannya.
Kesimpulan penelitian ini lalu menjelaskan bahwa tsunami di Selat Sunda tahun 2018 terjadi akibat runtuhan kecil yang memicu rentetan letusan yang lebih besar hingga menimbulkan tsunami.
Sebelumnya, pada Desember 2018 lalu, terjadi tsunami di Selat Sunda yang mengakibatkan kurang dari 430 nyawa melayang.