China Alami Krisis Babi, Virus Mematikan Menginfeksi Puluhan Juta Hewan

Demam babi Afrika membuat setidaknya 100 juta babi dimusnahkan di China.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Selasa, 08 Oktober 2019 | 16:00 WIB
Ilustrasi babi di China. (Pixabay/ WP Chun)

Ilustrasi babi di China. (Pixabay/ WP Chun)

Hitekno.com - China diketahui merupakan konsumen daging terbesar di dunia, di mana sekitar setengah dari semua daging babi di seluruh dunia dikonsumsi oleh negara tersebut. Peternak babi di China kebingungan setelah virus mematikan tersebar sehingga ikut memusnahkan puluhan juta babi di sana.

Sebuah virus mematikan yang disebut dengan "African swine fever" atau demam babi Afrika telah memusnahkan setidaknya 100 juta babi di China sejak Agustus 2018.

Kasus yang pertama kali terekam pada Agustus 2018 langsung menginfeksi puluhan juta babi liar seperti babi hutan, babi warthog, dan bushpig (Potamochoerus larvatus).

Baca Juga: Tak Lama Lagi Cangkok Jantung Babi ke Manusia Jadi Kenyataan, Kapan?

Virus yang sering disebut sebagai "babi Ebola" ini juga menginfeksi babi domestik di peternakan.

Tak hanya di China, beberapa negara terdekat juga terinfeksi babi Ebola termasuk Korea Selatan, Mongolia, dan Vietnam.

Babi warthog mudah terinfeksi demam babi Afrika. (Pixabay/ Frank P.)
Babi warthog mudah terinfeksi demam babi Afrika. (Pixabay/ Frank P.)

Dalam skala global, tercatat sudah ada 200 juta babi yang terinfeksi, sementara jutaan lainnya sedang dimusnahkan sebagai upaya untuk mengatasi situasi tersebut.

Baca Juga: Singa Jadi-jadian Berkeliaran, Hewan Ini Bikin Netizen Terkejut dan Geli

"Ini adalah wabah penyakit hewan terbesar yang pernah kita alami di planet Bumi," kata Dirk Pfeiffer, seoang ahli epidemiologi veteriner di City University of Hong Kong dan pakar demam babi Afrika.

Menurut laporan dari Bloomberg, peternak babi di China mengakali krisis babi dengan membesarkan babi potong hingga sebesar beruang kutub.

Babi yang dimaksud (sebesar beruang kutub) dilaporkan memiliki berat 500 kilogram dan tinggal pada sebuah peternakan di Nanning, China selatan.

Baca Juga: Akhirnya, Arkeolog Bisa Pecahkan Misteri Gambar Babi di Peta Kuno Ini

Ilustrasi babi sebesar beruang kutub yang disembelih di China. (YouTube/ TomoNews US)
Ilustrasi babi sebesar beruang kutub yang disembelih di China. (YouTube/ TomoNews US)

Saat disembelih, hewan tersebut dibanderol dengan harga 10.000 yuan atau Rp 19,8 juta.

Babi yang disembelih rata-rata memiliki berat sekitar 110 kilogram.

Sekarang, rata-rata tersebut naik menjadi 140 kilogram. Bahkan di Jilin, China timur laut, rata-rata berat penyembelihan 125 kilogram naik menjadi 200 kilogram.

Baca Juga: Menemukan Batu Mirip Daging Babi, Pria Ini Menjadi Miliarder

Dilansir dari Iflsciense, beberapa ahli memproyeksikan bahwa sebanyak 350 juta juta babi harus dimusnahkan pada tahun 2019 untuk menanggulangi virus mematikan demam babi Afrika.

Demam babi Afrika tidak mempengaruhi manusia, sekalipun seseorang sudah makan daging babi yang terinfeksi.

Namun, virus itu sangat menular ke babi ternak dan babi hutan dengan tingkat kematian hampir 100 persen.

Masih belum ada vaksin untuk virus ini, tetapi peneliti terus berjuang menemukannya.

Babi akan mengalami kepucatan seperti penyakit sapi gila dan mengalami infeksi pada bagian kaki dan mulut.

Krisis babi diprediksi masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan di China dengan salah satu solusinya adalah membesarkan babi yang sehat menjadi sebesar mungkin.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB