UGM Kembangkan Prototipe Baterai Nuklir, Bisa Bertahan Hingga 40 Tahun

Baterai nukilr ini memungkinkan digunakan di daerah terpencil sebagai sumber energi.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 24 November 2019 | 17:00 WIB
Ilustrasi baterai. (Pixabay)

Ilustrasi baterai. (Pixabay)

Hitekno.com - Tim peneliti dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tengah mengembangkan prototipe baterai nuklir.

Disebutkan kalau bateri nuklir yang dikembangkan UGM ini bisa bertahan hingga 40 tahun lamanya.

Ketua Tim peneliti Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM Yudi Utomo Imardjoko di Kampus UGM Yogyakarta, Jumat (22/11/2019) mengatakan pengembangan prototipe baterai nuklir awalnya dibiayai oleh mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Baca Juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Aplikasi Jejak Medis, Ini Manfaatnya

"Ini awalnya dulu didanai oleh beliau (Dahlan Iskan). Beliau ingin agar dari teknologi nuklir Indonesia ada sesuatu yang bisa di-create (diwujudkan), tidak hanya teoritis. Ini salah satu bukti bahwa kami sudah melakukan sesuatu yang sifatnya ada hasilnya, walaupun masih kecil itu tinggal scale-up (ditingkatkan) saja," kata Yudi.

Pendanaan pengembangan baterai itu kemudian dilanjutkan oleh Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Setelah dua tahun dikembangkan sejak 2017, proyek penelitian itu telah memunculkan hasil meski belum memuaskan.

"Ini kan masih kecil, efisiensinya masih rendah walaupun cukup tinggi kalau dibandingkan dengan di tempat lain," kata Yudi.

Baca Juga: Kenalkan Profesi Apoteker ke Anak, Mahasiswa UGM Garap Game Meet Pharmy

Pengembangan baterai itu, menurut dia, terkendala ketersediaan plutonium 238 sebagai bahan baku utama. Limbah radioaktif itu memiliki harga cukup mahal karena harus mendatangkan dari Rusia.

Ilustrasi baterai nuklir. [Shutterstock]
Ilustrasi baterai nuklir. [Shutterstock]

"Harga per keping hanya 12 dolar, tapi begitu sampai sini harganya itu 8.600 dolar per keping," kata dia.

Dahlan Iskan yang hadir meninjau pengembangan baterai itu mengatakan bahwa kendala untuk mendapatkan plutonium 238 bisa teratasi apabila Indonesia memiliki reaktor torium sendiri sebab plutonium merupakan limbah dari torium.

Baca Juga: Jadi Pelopor, Fakultas Teknik UGM Kembangkan Printer 3D

"Kita bisa tidak impor lagi kalau kita sudah punya reaktor torium. Reaktor torium itu desainnya sudah jadi, dibuat oleh bapak-bapak ahli nuklir ini, kebetulan itu saya yang mendanai. Desainnya sudah jadi, tinggal bagaimana cara mewujudkannya," kata dia.

Asisten peneliti Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM Elly Ismail mengatakan ide pengembangan baterai nuklir berawal dari upaya mencari sumber tenaga yang kecil namun tahan lama.

Setelah mempelajari berbagai jurnal, nuklir menjadi pilihan karena dengan daya yang dimiliki baterai bisa bertahan hingga 40 tahun.

Baca Juga: Solusi Mati Listrik, Mahasiwa UGM Kembangkan Lampu Darurat Hemat Energi

"Kalau baterai lithium itu setahun dua tahun sudah habis. Sedangkan baterai nuklir bisa sampai 40 tahun," kata dia.

Baterai nuklir itu dikemas dalam bentuk tabung. Daya listrik yang dihasilkan dari baterai itu, jelas dia, berasal dari pancaran radiasi plutonium 238 yang dikonversi menjadi cahaya tampak.

Kemudian, cahaya tampak ditangkap dengan foto voltaik atau sel surya menjadi energi listrik.

Menurut Elly, baterai itu memungkinkan digunakan di daerah terpencil sebagai sumber energi alat sensor yang mampu mendeteksi siapa saja yang melalui wilayah perbatasan Indonesia.

Ke depan baterai nuklir itu memungkinkan digunakan sebagai sumber energi berbagai peralatan elektronik di Indonesia.

"Asalkan teknologi kita sudah ukurannya mikro," demikian Elly Ismail.

Itulah baterai nuklir yang dikembangkan UGM hingga dapat bertahan dalam 40 tahun. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB