Mengejutkan! Otak Manusia Bisa Berubah Setelah Tinggal di Antartika

Otak manusia bisa berubah sebagai akibat dari isolasi sosial dan kondisi ekstrem Kutub Selatan.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Selasa, 17 Desember 2019 | 07:00 WIB
Ilustrasi Antartika yang penuh dengan salju. (Pixabay/ michelle2214)

Ilustrasi Antartika yang penuh dengan salju. (Pixabay/ michelle2214)

Hitekno.com - Kondisi ekstrem dengan suhu ekstra dingin ternyata dapat mengubah organ terpenting manusia, salah satunya otak. Ilmuwan menemukan bahwa tinggal selama belasan bulan di Kutub Selatan atau Antartika bisa mengubah ukuran dan kemampuan otak manusia.

Para peneliti mempelajari otak sembilan orang (lima pria dan empat wanita) sebelum dan setelah menghabiskan 14 bulan bekerja di stasiun penelitian Jerman Neumayer III di Antartika.

Dilaporkan dalam jurnal The New England Journal of Medicine, scan MRI yang diambil setelah ekspedisi menunjukkan bahwa terdapat perubahan otak manusia setelah mengunjungi Antartika.

Baca Juga: Pakai Teknologi Baru, Mesin Ini Perlihatkan Isi Otak Manusia Secara Detail

Sembilan anggota kru telah kehilangan sejumlah besar volume dalam dentate gyrus.

Itu adalah bagian dari hippocampus otak yang terkait dengan pemikiran spasial dan memori.

Ilustrasi otak manusia. (Pixabay/ VSRao)
Ilustrasi otak manusia. (Pixabay/ VSRao)

Mereka juga mendeteksi lebih sedikit volume di beberapa bagian korteks prefrontal, wilayah otak yang terlibat dalam kepribadian, pengambilan keputusan, dan perilaku sosial.

Baca Juga: Wisatawan Harap Waspada, di Hawaii Ada Cacing yang Bisa Menembus Otak

Perubahan otak tampaknya juga memiliki efek terkait dengan kemampuan kognitif objek penelitian.

Tes menunjukkan bahwa peserta yang kekurangan memori spasial cenderung mengabaikan informasi ketika berfokus pada tugas.

Dikutip dari IFLScience, kehidupan di Antartika termasuk sangat keras bagi makhluk sosial seperti manusia.

Baca Juga: Kontroversial, Ilmuwan China dan AS Memasukkan Gen Otak Manusia ke Monyet

Peneliti yang tinggal di sana untuk sementara harus terbiasa dengan periode kegelapan yang hampir 24 jam menemani mereka.

Ilustrasi stasiun penelitian di Kutub Selatan. (Pixabay/ Michelle Maria)
Ilustrasi stasiun penelitian di Kutub Selatan. (Pixabay/ Michelle Maria)

Tak hanya harus menghadapi suhu serendah -50 derajat Celcius, mereka juga mungkin mengalami demam kabin kronis.

Kehidupan sehari-hari di dalam stasiun penelitian dicirikan oleh kemonotonan dan isolasi sosial yang berkepanjangan.

Baca Juga: Kata Ahli, Ini yang Terjadi dengan Otakmu saat Bertemu Mantan

Perubahan otak ini juga berhubungan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh ilmuwan sebelumnya.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa isolasi sosial yang berkepanjangan dapat memiliki efek mendalam pada perilaku dan struktur otak.

Ilmuwan dari Universitas Pennsylvania meyakini bahwa kondisi ekstrem di Antartika serta isolasi sosial yang dialami oleh manusia yang tinggal di sana membuat kondisi otak mereka berubah secara signifikan.

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB