Berkat Permen Karet Kuno Berusia 5.700 Tahun, Kehidupan Prasejarah Terkuak

Permen karet kuno ternyata menyimpan DNA dari perempuan prasejarah yang tinggal di Denmark ribuan tahun lalu.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Kamis, 19 Desember 2019 | 06:30 WIB
Lola, perempuan di zaman prasejarah yang diyakini oleh ilmuwan mengunyah permen karet kuno. (YouTube/ Reflect)

Lola, perempuan di zaman prasejarah yang diyakini oleh ilmuwan mengunyah permen karet kuno. (YouTube/ Reflect)

Hitekno.com - Ilmuwan di Denmark berhasil mengungkapkan kehidupan perempuan prasejarah berkat sebuah permen karet kuno berusia 5.700 tahun. Disebut dengan "birch pitch", itu adalah permen karet kuno yang terbuat dari getah pohon birch (Betula pendula).

Pada zaman modern, pohon birch dengan nama ilmiah Betula pendula masuk dalam IUCN Red List sebagai spesies terancam punah.

Namun ribuan tahun yang lalu, pohon tersebut banyak tersebar di wilayah Eropa.

Baca Juga: Kerangka 1.400 Tahun Ditemukan, Ungkap Sejarah Sadis Suku Maya Kuno

"Birch pitch" atau permen karet kuno ternyata menyimpan DNA kuno dari air liur seorang perempuan prasejarah dari Zaman Neolitikum.

Setelah diteliti, DNA kuno tersebut menyimpan petunjuk mengenai kehidupan orang-orang yang tinggal di sekitar sana.

Permen karet kuno berumur 5.700 tahun. (Jurnal Nature Communication/ Theis Jensen)
Permen karet kuno berumur 5.700 tahun. (Jurnal Nature Communication/ Theis Jensen)

Ilmuwan dapat mengetahui jenis makanan hingga jenis bakteri yang ada pada gigi mereka.

Baca Juga: Meski Berumur 2.200 Tahun, Perisai Kuno Ini Tetap Terlihat Keren Abis!

"Sangat menarik untuk dapat mengekstraksi genom manusia penuh dari apa pun selain tulang. Sampel ini juga memiliki banyak DNA mikroba purba," kata Hannes Schroeder, seorang arkeolog di University of Copenhagen.

Gumpalan permen karet kuno ditemukan di situs dekat terowongan Fehmarn Belt Fixed Link pada pulau Lolland di Denmark.

Penemuan dari situs menunjukkan bahwa orang yang tinggal di daerah itu sangat bergantung pada penangkapan ikan, perburuan, dan pengumpulan kacang-kacangan serta buah beri untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Fosil Es Ditemukan di Meteorit Kuno, Bikin Ilmuwan Takjub

Permen karet kuno dan penanggalan karbon yang dilakukan oleh ilmuwan. (Jurnal Nature Communication)
Permen karet kuno dan penanggalan karbon yang dilakukan oleh ilmuwan. (Jurnal Nature Communication)

Dikutip dari Gizmodo, ketika peneliti menganalis DNA manusia yang terawetkan pada permen karet kuno, mereka menemukan bahwa orang yang mengunyahnya adalah perempuan.

Orang prasejarah itu lebih dekat hubungannya dengan pemburu pengumpul (hunter-gatherers) di Eropa jika dibandingkan Skandinavia.

Mereka menamai perempuan prasejarah itu dengan sebutan Lola.

Baca Juga: 143 Lukisan Kuno Berumur Ribuan Tahun Ditemukan, Tampilkan Karakter Aneh!

Gen menunjukkan bahwa kemungkinan ia memiliki kombinasi yang mencolok antara kulit gelap, rambut gelap, dan mata biru.

Penelitian mereka mengenai permen karet kuno dan kehidupan perempuan prasejarah yang mengunyahnya telah diterbitkan pada hari Selasa (17/12/2019) di jurnal Nature Communication.

Ilmuwan juga mengidentifikasi Porphyromonas gingivalis, bakteri yang terkait dengan penyakit gusi.

DNA bakteri itu terkait dengan pneumonia dan virus Epstein-Barr serta menghasilkan penyakit yang dikenal sebagai demam kelenjar.

Kemungkinan perempuan prasejarah tersebut menderita penyakit demam kelenjar saat mengunyah permen karet kuno di atas.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB