Langit Australia Berubah Warna Menjadi Merah Darah, Ada Apa Ya?

Sangat mengerikan, netizen Australia sampai mengaitkannya dengan fenomena Hari Kiamat.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Jum'at, 03 Januari 2020 | 17:30 WIB
Langit Australia yang berubah warna menjadi merah darah. (YouTube/ RT)

Langit Australia yang berubah warna menjadi merah darah. (YouTube/ RT)

Hitekno.com - Tak hanya warga Jakarta dan sekitarnya yang mengalami hal kurang mengenakkan di awal tahun 2020. Jika warga Jakarta mengalami banjir, warga Australia justru dihantui dengan langit Australia yang berubah warna menjadi merah darah.

Banyak netizen di Australia yang mengaitkan fenomena tersebut dengan fenomena "Hari Kiamat".

Tak mengarah ke Hari Kiamat, fenomena langit Australia berwarna merah darah ternyata bisa dijelaskan secara ilmiah.

Baca Juga: Kebakaran Hutan di Australia Berefek Parah, 480 Juta Hewan Ditemukan Mati

Dunia tak benar-benar hancur bagi warga Austrlia, namun jika tidak membenahinya, kondisi ekologi di wilayah itu bisa mengarah ke kehancuran yang sebenarnya.

Fenomena langit berwarna merah darah terdapat hubungannya dengan kebakaran hutan yang melanda beberapa negara bagian di Australia sejak November 2019.

Langit Australia yang berwarna merah darah. (Twitter/ 9NewsSyd)
Langit Australia yang berwarna merah darah. (Twitter/ 9NewsSyd)

Salah satu tempat dengan fenomena langit merah darah paling kental terjadi di Mallacoota, Victoria, sebuah daerah tujuan favorit untuk berlibur antara Sydney dan Melbourne.

Baca Juga: Australia Hadapi Cuaca Panas, Warga Gunakan Mobil untuk Panggang Daging

Langit berwarna merah darah juga dapat dijumpai di beberapa negara bagian termasuk New South Wales, Queensland, Victoria dan beberapa daerah lainnya.

Bahkan badai yang membawa debu sudah mengarah dari Tasmania hingga menuju Selandia Baru.

Langit berubah warna menjadi merah darah sebagai akibat dari partikel debu dan asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan.

Baca Juga: Pemerintah Australia Akan Membunuh 2 Juta Kucing Liar, Ini Penyebabnya

Dikutip dari New York Post, sejak November 2019, lebih dari 9 juta hektar lahan telah terbakar di mana itu sangat berakibat fatal pada habitat koala di masa depan.

Sebanyak 15 orang telah tewas dan 900 rumah hancur dilalap api yang berkobar pada kebakaran hutan di Australia.

Baca Juga: Atasi Kepunahan, Australia Pakai Drone untuk Awasi Koala

Ketika api berkobar, kondisi langit pada pantai timur Australia berubah menjadi hitam pekat di akhir tahun 2019.

Tak beberapa lama, kondisi langit justru berubah menjadi berwarna merah darah.

Kebakaran hutan yang begitu masif membuat asapnya juga melayang terbang menuju Selandia Baru yang memiliki jarak lebih dari 1.300 kilometer.

Kebakaran hutan di musim 2019-2020 dianggap ilmuwan sangat "brutal" karena gelombang panas yang mencapai suhu rata-rata 40 derajat Celcius.

Netizen mengaitkan fenomena langit merah darah Australia sebagai fenomena mirip Hari Kiamat. (Twitter/ vanswonderwall)
Netizen mengaitkan fenomena langit merah darah Australia sebagai fenomena mirip Hari Kiamat. (Twitter/ vanswonderwall)

Bahkan di Australia Barat, suhunya pernah terekam hingga 48 derajat Celcius.

Kini fenomena langit berwarna merah darah sudah berangsur normal dan menjadi langit biru di beberapa wilayah.

Namun apabila api berkobar lagi dan kebakaran hutan semakin masif, langit Australia berwana merah darah akan terulang kembali.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB