Peneliti ITB Sebut Konsep Naturalisasi Anies Baswedan Tak Cocok di Jakarta

"Pengendalian banjir dengan naturalisasi ini tidak direkomendasikan untuk daerah-daerah dengan penduduk padat," kata peneliti ITB.

Agung Pratnyawan

Posted: Senin, 06 Januari 2020 | 13:37 WIB
Banjir Jakarta BaratBanjir Jakarta, depan putaran Pasari dekat apartemen Victoria dan depan Samsat Jakbar (2/1/2020). [Twitter/ TMCPoldaMetro]

Banjir Jakarta BaratBanjir Jakarta, depan putaran Pasari dekat apartemen Victoria dan depan Samsat Jakbar (2/1/2020). [Twitter/ TMCPoldaMetro]

Hitekno.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat mengungkapkan konsep naturalisasi sungai. Namun ternyata, menurut Dosen dan peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), konsep ini tak cocok di Jakarta.

Dosen dan peneliti ITB, Ahmad Mukhlis Firdaus tidak merekomendasikan konsep naturalisasi sungai seperti yang diusung Anies Baswedan untuk Jakarta.

Pasalnya, peneliti ITB ini menyebutkan kalau karakteristik Jakarta yang padat tidak sesuai dengan konsep yang ditawarkan oleh Anies.

Baca Juga: Anies Baswedan Jadi Gubernur Terbodoh di Google? Ini Fakta Sebenarnya

Konsep naturalisasi sungai versi Anies dapat disebut seperti rencana flood alleviation di Oxford, menurut Firdaus. Hal ini disampaikannya dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @amflife, yang diunggah pada Minggu (5/1/2020).

"Kalau merujuk dari naturalisasi yang dijelaskan, yaitu memanfaatkan sempadan sungai sebagai kolam retensi sementara, mungkin maskudnya adalah seperti rencana flood alleviation di Oxford ini," kata Firdaus yang memperlihatkan contoh peta flood alleviation seperti dikutip Suara.com, Senin (6/1/2020).

Warga melintas di samping Sungai Ciliwung, Jakarta, Rabu (19/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Warga melintas di samping Sungai Ciliwung, Jakarta, Rabu (19/9). [Suara.com/Muhaimin A Untung]

Dalam peta berikut ini bisa dilihat, garis biru adalah sungai ketika kondisi normal, sementara bagian kuning adalah daerah yang akan tergenang ketika banjir (stage 2). Kemudian garis merah adalah batasan stage 3.

Baca Juga: Bersinergi dengan Pemprov DKI Jakarta, Gojek Tanggap Darurat Banjir

Menurut Firdaus rencana penanganan banjir dengan konsep seperti itu sulit dilakukan pada sungai-sungai di Jakarta.

"Kalau menurut pendapat saya sulit meskipun masih mungkin. Kenapa? Karena Jakarta sudah sangat padat. Sehingga sulit untuk mendapatkan lahan yang cukup yang bisa digunakan sebagai daerah tampungan," ucapnya.

Pada umumnya, daerah di sepanjang sungai di Jakarta kebanyakan adalah pemukiman atau perkantoran. Sementara untuk melakukan naturalisasi diperlukan pembebasan lahan besar-besaran dan itu tidak mudah.

Baca Juga: Digunakan di Berbagai Negara, Deretan Teknologi Ini Bisa Cegah Banjir

Peneliti ITB Sebut Naturalisasi Sungai Versi Anies Tidak Direkomendasikan (twitter @amflife)
Peneliti ITB Sebut Naturalisasi Sungai Versi Anies Tidak Direkomendasikan (twitter @amflife)

"Sependek pengetahuan saya, konsep pengendalian banjir dengan naturalisasi ini tidak direkomendasikan untuk daerah-daerah dengan penduduk padat. Karena pembebasan lahan akan sangat sulit sekali," tutur Firdaus.

Ia menambahkan, "Pak Anies sudah menyatakan tidak akan melakukan penggusuran. Lalu bagaimana membebaskan lahan?"

Pria yang sempat menjadi narasumber di Suku Dinas Tata Air PU DKI Jakarta ini menyarankan Anies Baswedan agar meningkatkan anggaran untuk pengendalian banjir di APBD.

Baca Juga: Jadi Solusi Banjir, Teknologi Gorong-gorong Raksasa Ini Malah Ditolak Anies

Naturalisasi sungai versi Anies tidak direkomendasikan untuk daerah padat (twitter @amflife)
Naturalisasi sungai versi Anies tidak direkomendasikan untuk daerah padat (twitter @amflife)

Sebab jika ingin tetap memakai cara naturalisasi maka harus butuh banyak dana untuk membebaskan lahan yang harganya sangat mahal.

Itulah penjelasan peneliti ITB kenapa konsep naturalisasi sungai yang digadang-gadang Anies Baswedan tak cocok untuk di Jakarta. (Suara.com/ Rifan Aditya).

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB