Penjelasan BMKG Mengenai Erupsi Gunung Api yang Disertai Petir

Petir saat erupsi gunung berapi memiliki mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan petir yang biasa terjadi.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia

Posted: Senin, 13 Januari 2020 | 19:15 WIB
Logo BMKG. (BMKG)

Logo BMKG. (BMKG)

Hitekno.com - Gunung Api Taal di Filipina baru saja mengalami erupsi pada Minggu (12/1/2020) sore waktu setempat. Erupsi gunung ini cukup menakutkan karena menghasilkan suara gemuruh dahsyat yang disertai petir.

Sempat menimbulkan pertanyaan besar, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mencoba memberikan penjelasan ilmiahnya mengenai hal ini.

Dalam cuitannya, lembaga pemerintahan non departemen Indonesia ini menjelaskan mengenai fenomena alam yang cukup menggemparkan dan membuat takut banyak orang ini.

Baca Juga: Sempat Bikin Geger, 7 Suara Misterius yang Pernah Terdengar dari Langit

Melalui cuitan di akun @infoBMKG, lembaga ini menjelaskan bahwa terjadinya petir saat erupsi gunung berapi memiliki mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan petir yang biasa terjadi.

Perbedaan paling mencolok dari keduanya hanya pada awan cumulunimbus yang menjadi sarang petir. Saat erupsi gunung terjadi, awan tersebut tergantikan dengan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang ke langit secara massif.

Ilustrasi gunung meletus. (pixabay/tiburi)
Ilustrasi gunung meletus. (pixabay/tiburi)

Petir vulkanik sendiri terjadi karena disebabkan oleh atom-atom netral yang bertemu dengan banyak energi bebas yang berpadu dengan suhu 1.500 kelvin.

Baca Juga: Lebih Banyak Makan Jeroan Bisa Bantu Selamatkan Bumi, Kok Bisa?

Tabrakan antara dua energi ini yang lalu menyebabkan fenomena ini dapat terjadi. Saat erupsi, atom yang mengikat melepas elektron yang lemah. Pada saat yang sama, atom lain mencoba mengambil elekton yang baru terbebas.

Hasilnya ada banyak muatan ion negatif dan positif yang terpisah dalam jarak yang cukup. Potensial listrik yang menyebabkan sambaran petir lalu bermunculan.

Teori yang lain, saat terjadi erupsi, abu panas, uap dan gas saling bertabrakan dan menimbulkan muatan satu sama lain dan menghasilkan massa positif dan negatif. Pemisahan muatan lalu terjadi dan menciptakan aerodynamic sorting.

Baca Juga: Pegawai Boeing Sebut 737 Max Didesain Badut, Disupervisi Monyet

Gunung Api Taal saat erupsi dan mengeluarkan debu dan kolom asap hingga 15 kilometer. (YouTube/ FOBOS PLANET)
Gunung Api Taal saat erupsi dan mengeluarkan debu dan kolom asap hingga 15 kilometer. (YouTube/ FOBOS PLANET)

Aerodynamic sorting ini yang lalu menimbulakn ujung positif dan ujung negatif. Aliran listrik lalu mengalir antara muatan yang berbeda dan kemudian menciptakan petir saat erupsi berlangsung.

BMKG menekankan bahwa aktivitas erupsi gunung api bukanlah pemicu terjadinya petir. Adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi ini yang lalu berpengaruh pada kemunculan petir saat erupsi gunung terjadi.

Sebelumnya, gunung api Taal yang berada sekitar 50 kilometer di sebelah selatan Manila, tepatnya di pulau Luzon tiba-tiba mengalami erupsi pada Minggu (12/1/2020). Hingga kini, warga sekitar masih disarankan untuk menjauh dari lokasi erupsi.

Baca Juga: Remaja 17 Tahun Temukan Planet Baru, Netizen Malah Buat Cuitan Kocak Ini

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB