Hitekno.com - Tak hanya sesuatu yang receh dan kocak saja yang digemari oleh netizen Indonesia. Sebuah thread berbau ilmu pengetahuan mengenai ilmuwan kuno juga disukai oleh netizen Indonesia.
Seorang netizen dengan akun bernama @afrkml membagikan thread mengenai kisah Eratosthenes, sang penemu keliling Bumi pertama yang dikenal oleh ilmuwan modern.
Thread yang dibagikan berhasil viral di Twitter setelah mendapatkan lebih dari 2.400 Retweet dan 7.900 Like.
Baca Juga: Lebih Banyak Makan Jeroan Bisa Bantu Selamatkan Bumi, Kok Bisa?
Sebagian ilmuwan dan juga masyarakat modern begitu tercengang mengingat ukuran keliling Bumi sudah diukur secara presisi oleh ilmuwan kuno zaman dahulu.
Thread yang viral di Twitter memiliki penjelasan yang hampir mirip dengan sebuah artikel sains Business Insider dengan judul "How the ancient Greeks proved Earth was round over 2,000 years ago (Bagaimana orang Yunani kuno membuktikan bahwa Bumi itu bulat lebih dari 2.000 tahun lalu)".
Dilansir dari Business Insider, pada pertengahan abad ke-20, ilmuwan modern mulai meluncurkan satelit luar angkasa yang membantu mereka menentukan ukuran keliling Bumi yang tepat yaitu 40.030 kilometer.
Baca Juga: Hantam Bumi 790 Ribu Tahun Lalu, Meteor Ini Sebabkan Kawah Terpendam?
Lebih dari 2.000 tahun lalu, terdapat seorang pria kuno yang menghitung dengan ukuran yang hampir sama dibandingkan pengukuran modern saat ini.
Tak menggunakan satelit atau roket, pria kuno tersebut justru menghitung keliling Bumi dengan cara sederhana.
Pada abad kisaran 276 hingga 194 SM, hiduplah seorang ahli matametika, geografi, dan astronom Yunani bernama Eratosthenes.
Baca Juga: Satelit Pemburu NASA Temukan Planet Mirip Bumi
Karena kecerdasannya, ia juga diangkat menjadi kepala perpustakaan di Alexandria, Mesir.
Eratosthenes telah mendengar bahwa di Syene (sekarang bernama Aswan, Mesir), sebuah kota di selatan Alexandria, tidak ada bayangan vertikal pada siang hari tepatnya di titik balik Matahari musim panas.
Dia bertanya-tanya apakah hal itu terjadi juga di Alexandria.
Baca Juga: Kapal Ini Bukan Mitos, Ucapan Sejarawan Yunani 2.400 Tahun Lalu Terbukti
Jadi pada tanggal 21 Juni, ia menanam sebuah tongkat langsung di tanah dan menunggu untuk melihat apakah terjadi bayangan pada siang hari di Alexandria.
Hasilnya tongkat itu menampakkan bayangan dengan sudut sekitar 7 derajat.
Jika sinar Matahari datang pada sudut dan waktu yang sama serta sebuah tongkat di Alexandria menghasilkan bayangan sementara di Syene tidak, maka Eratosthenes sudah mengetahui bahwa permukaan Bumi itu melengkung alias bulat.
Gagasan tentang Bumi itu bulat juga dilayangkan oleh Pythagoras sekitar 500 SM dan divalidasi oleh Aristoteles beberapa abad kemudian.
Karena perbedaan panjang bayangan adalah 7 derajat di Alexandria dan Syene, itu berarti kedua kota terpisah 7 derajat di permukaan 360 derajat milik Bumi.
Eratosthenes mempekerjakan seorang pria untuk menghitung jarak antara kedua kota dan mengetahui bahwa mereka terpisah sepanjang 5.000 stadia atau berjarak sekitar 800 kilometer.
Menggunakan proporsi sederhana ia menemukan bahwa 7,2 derajat adalah 1/50 dari 360 derajat.
360 derajat mewakili X km (keliling Bumi) sementara 7,2 derajat mewakili 800 kilometer.
Dengan menggunakan perbandingan senilai, maka 7,2/360 = 800 kali X km atau disederhanakan menjadi 1/50 = 800 kali X.
Hasilnya adalah 50 kali 800 kilometer sehingga menjadi 40.000 kilometer.
Hanya menggunakan sebatang tongkat (dan otaknya), seorang ilmuwan kuno mampu menghitung keliling Bumi secara presisi dan hasilnya hampir sama dengan perhitungan keliling Bumi oleh ilmuwan modern (40.030 kilometer).