CEK FAKTA: Tidak Benar Buku 1981 Prediksi Virus Corona

VIrus dalam buku karya penulis AS Dean Koontz tersebut tak seperti virus corona jenis baru.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Jum'at, 03 April 2020 | 09:08 WIB
Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Hitekno.com - Buku terbitan tahun 1981 belum lama ini bikin publik geger karena dinilai sudah meramalklan adanya wabah virus corona yang bersumber di China. Yang ternyata tidak benar, virus dalam buku ini bukan virus corona jenis baru Covid-19.

Pasalnya diklaim, dalam buku tersebut, tertera tertulisan nama virus yang hampir sama dengan virus corona. Namun ternyata tidak sama.

Dialihbahasakan dari South China Morning Post, Senin (17/2/2020), buku tersebut berjudul The Eyes of Darkness yang dikarang oleh seorang penulis asal Amerika Dean Koontz.

Baca Juga: Siapa Sangka, Ini Smartphone Andalan Anya Geraldine

Buku tersebut mengisahkan tentang laboratorium China yang menciptakan sebuah virus sebagai senjata biologis.

Virus tersebut diberi nama Wuhan-400  merujuk kota Wuhan, China, sebagai episentrum penyebaran Covid-19, nama resmi virus corona.

Dalam buku tersebut, Dean Koontz menceritakan seorang ibu bernama Christina Evans sedang melakukan perjalanan untuk mencari tahu kondisi putranya, Danny. Danny sedang mengikuti acara berkemah namun tidak ada kabar.

Baca Juga: Sering Disepelekan, Ini Fungsi Penting Nomor IMEI

Buku terbitan 1981 prediksi virus corona (Taiwan News)
Buku terbitan 1981 prediksi virus corona (Taiwan News)

Christina berhasil melacak keberadaan sang anak di fasilitas militer. Danny ditahan secara tak sengaja lantaran terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang diproduksi di pusat penelitian Wuhan.

"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau perang biologis. Saat ini aku hanya ingin mengetahui bagaimana bisa Danny berada di sini," kata Christina kepada seorang pria bernama Dombey di laboratorium.

"Untuk memahaminya, kamu harus kembali 20 bulan lagi. Pada saat itu, seorang ilmuwan China bernama Li Chen membelot ke AS, membawa rekaman mengenai senjata biologis paling penting dan berbahaya dari Tiongkok ppada dekade terakhir. Meeka menyebutnya Wuhan-400 karena dikembangkan di Laboratorium RDNA di luar kota Wuhan dan terdiri dari 400 strain mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian," ungkap Dombey.

Baca Juga: Begini Cara Isi Data Sensus Penduduk 2020 Online, Tak Perlu Bingung!

Pusat penelitian yang disebutkan dalam buku tersebut merujuk pada Institut Virologi WUhan, satu-satunya laboratorium keamanan hayati level empat milik China.

Laboratorium tersebut merupakan laboratorium tertinggi yang mempelajari virus mematikan dan berlokasi 32 kilometer dari tempat virus corona pertama kali ditemukan.

Lebih lajut, buku tersebut juga mengungkapkan virus tersebut sebagai 'senjata sempurna' karena tidak dapat bertahan diluar seorang penderita selama lebih dari satu menit.

Baca Juga: Waduh! Apple Kehabisan Stok iPhone karena Virus Corona

Buku terbitan 1981 prediksi virus corona (Taiwan News)
Buku terbitan 1981 prediksi virus corona (Taiwan News)

"Wuhan-400 adalah senjata sempurna. Hanya bisa menginfeksi manusia, tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Seperti sifilis, Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia hidup lebih dari satu menit. Artinya tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti antraks dan mikroorganisme lainnya."

"Setelah manusia yang terinfeksi telah meninggal, Wuhan-400 akan hilang dengan sendirinya setelah suhu jasad terinfeksi itu berada di bawah 86 derajat Fahrenheit. Apakah anda melihat keuntungan dari semua ini?"

Dean Koontz bukanlah satu-satunya penulis yang memprediksi virus corona. Menurut laporan The Sun Daily, penulis AS bernama Sylvia Browne telah mempredikti virus mematikan tersebut.

Ia menerbitkan sebuah buku berjudul End of Days: Predictions and prophecies About the End of the World. Buku tersebut diilis pada 2008.

Buku tersebut menceritakan tentang penyakit pernapasan yang menyebar ke seluruh dunia dan diprediksi terjadi pada 2020.

"Pada sekitar 2020, penyakit seperti pneumonia akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan sulit disembuhkan dengan semua jenis perawatan yang ada. Lebih membingungkan lagi penyakit tersebut akan hilang secara tiba-tiba dan akan kembali menyerang sepuluh tahun kemudian, setelah itu menghilang sepenuhnya."(Suara.com/Chyntia Sami Bhayangkara)

Penjelasan

Berdasarkan cek fakta dan penelusuran kantor berita Reuters seperti dimuat dalam artikel ini, diketahui bahwa memang benar Koontz menulis soal virus bernama Wuhan 400 dalam novelnya dan mengacu pada kota Wuhan, tempat muasal virus corona Covid-19.

Tetapi yang digarisbawahi adalah penyakit dalam buku fiksi itu berbeda dari yang terjadi di dunia nyata.

Dalam bukunya Koontz menyebut bahwa Wuhan 400 adalah "sebuah senjata biologis baru China dalam satu dekade". Ia juga menulis bahwa virus itu dibuat oleh laboratorium di luar kota Wuhan.

Faktanya, tidak ada bukti bahwa virus corona dikembangkan di dalam laboratorium. Virus itu, berdasarkan penelitian, bermula dari sebuah pasar di Wuhan yang menjual daging binatang liar. Para ilmuwan yakin bahwa virus itu berasal dari kelelawar dan menjangkiti manusia lewat perantara binatang lain.

Selain itu gejala-gejala penyakit fiksi Wuhan 400 sangat berbeda dari virus corona Covid-19. Koontz dalam novelnya menyebut bahwa Wuhan 400 memiliki masa inkubasi hanya 4 jam. Sementara Covid-19 masa inkubasinya selama 1 - 14 hari.

Menurut lembaga kesehatan dunia, WHO, Covid-19 memiliki masa inkubasi rata-rata lima hari.

Koontz dalam novelnya menulis bahwa Wuhan 400 adalah penyakit dengan tingkat kematian 100 persen. Sementara Covid-19, menurut WHO, tingkat kematiaannya hanya antara 2 sampai 4 persen di Wuhan dan 0,7 persen di luar Wuhan.

Wuhan 400, karang Koontz dalam bukunya, mampu menghasilkan racun yang bisa merusak jaringan otak manusia. Adapun Covid-19 menyerang sistem pernapasan, dengan gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas.

Penting juga dicatat bahwa pada terbitan pertama novel The Eyes of Darkness pada 1981, virus fiksi itu dinamai Gorki-400 dan dikembangkan oleh pemerintah Uni Soviet.

Menurut South China Morning Post, nama virus dalam buku Koontz itu berubah menjadi Wuhan-400 dan diceritakan sebagai buatan China pada buku terbitan 1989, jelang berakhirnya Perang Dingin.

Pada edisi 1989 ini juga Koontz menggunakan nama aslinya pada buku itu, alih-alih nama alias Leigh Nichols.

Pada beberapa postingan soal buku ini di media sosial juga memasukkan foto halaman yang berisi sebagai berikut:

"Pada sekitar 2020 sebuah penyakit mirip pneumonia akut akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial, dan menolak segala jenis pengobatan."

Halaman berisi kalimat di atas bukan berasal dari buku Koontz, The Eyes of Darkness, tetapi dari buku berbeda berjudul End of Days: Predictions and prophecies about the end of the world Paperback karya Sylvia Brown, penulis AS yang juga menyebut diri sebagai dukun atau peramal. Buku Brown terbit pada 2008 lalu.

Kesimpulan

Klaim dalam postingan di media sosial tentang ramalan dalam buku Koontz sebagian salah. Memang benar ia menulis soal virus Wuhan-400 dalam novelnya yang terbit pada 1989, tetapi tidak di edisi perdana terbitan 1981.

Selain itu, gejala dan efek dari virus fiksi dalam novel The Eyes of Darkness itu dan di dunia nyata juga berbeda.

Juga penting diingat bahwa Koontz tidak menulis bahwa virus itu akan merebak pada 2020. Penyebutan tahun 2020 berasal dari buku lain karya Sylvia Brown yang terbit pada 2008.

Itulah hasil cek fakta buku novel karangan Dean Koontz yang diklaim telah memprediksi virus corona sejak 1981.

Koreksi (Pembaruan per 3 April 2020):

Artikel ini telah dikoreksi dan diperbarui, terutama demi meluruskan fakta-faktanya. Termasuk dengan mengubah/memperbaiki judul & sebagian gambarnya, juga tambahan/penjelesan di bagian isi. Mohon maaf atas kekeliruan sebelumnya dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB