Ilmuwan Teliti Ulat Pemakan Plastik, Diharapkan Dapat Atasi Polusi Dunia

Ulat ini dapat bertahan hidup selama satu tahun hanya dengan memakan plastik.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Jum'at, 06 Maret 2020 | 11:30 WIB
Spesies ulat pemakan plastik, Galleria mellonella. (CSIC)

Spesies ulat pemakan plastik, Galleria mellonella. (CSIC)

Hitekno.com - Sampah plastik menjadi polusi dunia sekaligus musuh besar yang sulit ditaklukkan. Setidaknya, ilmuwan mencoba mengurangi masalah tersebut dengan meneliti ulat pemakan plastik.

Ulat itu sebenarnya adalah larva dari spesies yang dikenal sebagai greater wax moth atau ngengat lilin besar (Galleria mellonella).

Larva dari Galleria mellonella memiliki kemampuan luar biasa untuk memakan dan memecah polietilen, sejenis plastik yang digunkan dalam tas belanja, wadah makanan, dan kemasan lainnya.

Baca Juga: Punya Bentuk Mengerikan, Hewan Ini Bikin Netizen Bergidik Ngeri!

Dilaporkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, ilmuwan dari Brandon University (BU) menemukan bahwa "ulat yang sangat lapar" bahkan mampu bertahan hidup dengan diet plastik selama lebih dari setahun.

Itu berarti ulat ini bisa bertahan hidup dalam kurun waktu setahun hanya dengan memakan plastik tanpa sumber makanan lain.

Galleria mellonella dalam bentuk ngengat. (Wikipedia/ dhobern)
Galleria mellonella dalam bentuk ngengat. (Wikipedia/ dhobern)

Di alam liar, Galleria mellonella akan menyusup ke sarang lebah dan mengonsumsi lilin yang membentuk sarang lebah.

Baca Juga: Netizen Debatkan Hewan Ini Anjing atau Rubah, Tebak Apa Hayo!

Ternyata, polietilen juga terbuat dari rantai hidrokarbon yang terstruktur serupa sehingga memungkinkan mereka untuk mengonsumsi plastik juga.

Dr. Christophe LeMoine dari Departemen Biologi Brandon University menjelaskan bahwa kemampuan itu berkat spesies bakteri tertentu yang hidup di usus larva.

"Bakteri pemakan plastik sudah kita ketahui, tetapi kemampuan mendegradasi plastik mereka ada pada tingkat yang sangat lambat. Demikian juga, ketika kami merawat ulat dengan antibiotik untuk mengurangi bakteri usus mereka, spesies larva ngengat itu tidak dapat mendegradasi plastik dengan mudah. Jadi tampaknya ada sinergi antara bakteri dan inang larva ngengat yang mempercepat degradasi plastik," kata Dr. Christophe LeMoine dikutip dari IFLScience.

Baca Juga: Bantai Hewan Eksotis, Perempuan Cantik Ini Dapat Ancaman Pembunuhan

Penelitian ulat pemakan plastik pernah dilakukan juga oleh ilmuwan dari CSIC (Consejo Superior de Investigaciones Científicas) atau Badan Penelitian Ilmiah Prancis di tahun 2017.

Meskipun para ilmuwan sebelumnya mencoba gagasan menggunakan bakteri atau jamur pemakan plastik, "plastivora" mikroskopis ini cukup lambat dalam pekerjaan mereka.

Ilustrasi sampah plastik. (Pixabay/ RitaE)
Ilustrasi sampah plastik. (Pixabay/ RitaE)

Di sisi lain, larva ngengat lilin besar adalah pemakan rakus dan cepat.

Baca Juga: 5 Hewan Eksotis yang Membunuh Pemiliknya, Salah Satunya Ada di Indonesia

Penelitian menemukan bahwa 60 larva ngengat lilin bisa memakan lebih dari 30 sentimeter persegi dalam kurun waktu seminggu.

Meski terdengar menjanjikan, namun kemampuan larva ngengat lilin masih jauh jika harus mengurai semua sampah plastik di dunia saat ini.

Masih dibutuhkan penelitian lagi agar ilmuwan dapat mengombinasikan bakteri dan ulat pemakan plastik secara lebih optimal.

Namun upaya ini setidaknya bisa menjadi "sedikit usaha" untuk mengurangi sampah plastik yang ada.

Jika dibiarkan tidak terkendali, diperkirakan sampah plastik di laut akan melebihi jumlah ikan pada tahun 2050.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB