Ilmuwan Sarankan 4 Senjata untuk Perangi Perubahan Iklim

Ada beberapa cara untuk melawan perubahan iklim.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Selasa, 17 Maret 2020 | 19:47 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. (Pixabay/ Tumisu )

Ilustrasi perubahan iklim. (Pixabay/ Tumisu )

Hitekno.com - Menjadi salah satu masalah dunia, perubahan iklim jadi perhatian tersendiri. Ahli fisika, geologi, pendidikan sains bahkan sistem iklim beramai-ramai mencari cara untuk memerangi perubahan iklim. 

Dilansir laman Science Mag, terdapat beberapa cara untuk melawan perubahan iklim. Berikut empat "senjata" yang direkomendasikan para ilmuwan memerangi perubahan iklim:

1. Tanam lebih banyak pohon

Baca Juga: Tingkatkan Kapasitas Bandwidth, Biznet Dukung Kerja dan Belajar Online

Penanaman pohon memiliki potensi besar untuk mengatasi krisis iklim. Penelitian terbaru menghitung bahwa sebanyak 900 juta hektar pohon tambahan, bisa tumbuh di lahan pertanian dan daerah perkotaan yang sudah mapan, cukup untuk menyimpan 25 persen dari sumber karbon atmosfer saat ini. Hutan berperan untuk meningkatkan awan dan curah hujan serta mengurangi suhu.

Pembukaan lahan broadscale harus dihentikan dan program penanaman pohon besar-besaran harus dilaksanakan di semua wilayah yang memungkinkan.

Desalinasi bertenaga energi terbarukan mungkin diperlukan di beberapa tempat untuk menyediakan air yang dibutuhkan untuk membangun hutan dalam kondisi kekeringan.

Baca Juga: Usai Hadiri Ulang Tahun Lucian Grainge, CEO Apple Terancam Virus Corona

2. Ubah karbon dioksida menjadi batuan

Mineralisasi karbon melibatkan mengubah karbon dioksida menjadi mineral karbonat dengan meniru cara kerang dan batu kapur dibuat secara alami.

Banyak teknik telah diteliti dan diusulkan, termasuk menangkap karbon dioksida dari tanaman industri dan menggelembungkannya melalui air garam dari pabrik desalinasi atau menangkapnya dari tailing tambang nikel menggunakan bakteri.

Baca Juga: Terlanjur Pamer Hasil Lab Negatif Virus Corona, Pria Ini Justru Positif HIV

Sejumlah besar karbon dioksida berpotensi ditangkap dengan cara ini, menciptakan bahan bangunan yang bermanfaat sebagai produk sampingan.

3. Membuat permukaan Bumi lebih reflektif

Mengubah reflektifitas permukaan dilakukan dengan hal-hal seperti mengecat putih atap yang gelap, mengurangi panas yang terserap dan dapat mendinginkan kota.

Baca Juga: Buat Olahan Roti Bakar, Aksi Penjual di India Ini Bikin Netizen Heboh

Pada skala yang lebih besar, masyarakat dapat membersihkan jalan aspal dengan batu kapur dan menanam tanaman yang lebih pucat.

Air Conditioner, AC. [Shutterstock]
Air Conditioner, AC. [Shutterstock]

Penelitian menunjukkan permukaan tanah yang lebih ringan memiliki potensi yang baik untuk pendinginan pada skala regional dan dapat menurunkan suhu ekstrem hingga 3 derajat Celcius. Metode seperti itu juga secara tidak langsung mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengurangi penggunaan pendingin udara.

4. Meninjau kembali transportasi

Mekanisme ekonomi sangat penting untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan, penyimpanan energi, dan transportasi tanpa emisi.

Industri pelayaran internasional mengeluarkan sekitar 800 megaton karbon dioksida pada 2015, dan angka ini diperkirakan akan berlipat ganda pada pertengahan abad ini.

Untuk semua kapal yang tidak menggunakan energi terbarukan, penelitian menunjukkan batas kecepatan dapat diturunkan hingga 20 persen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB