Ilmuwan: Iklim Panas Perlambat Penyebaran COVID-19, Tapi Tak Matikan Virus

Porsi kasus penularan Covid-19 di wilayah Khatulistiwa dan Selatan Bumi yang saat ini sedang musim panas kurang dari 6 persen total kasus dunia.

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 24 Maret 2020 | 07:15 WIB
Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Hitekno.com - Studi baru ilmuwan menyebutkan kalau wilayah dengan iklim panas lebih beruntung di tengah wabah virus corona COVID-19 ini. Karena disebutkan penyebarannya lebih lamban dibanding wilayah lain.

Meski iklim panas disebut dapat melambatkan penyebaran, alam sama sekali tak bisa memusnahkan virus corona baru yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China itu.

Studi para ilmuwan di Masschusetts Intitute of ology (MIT), salah satu universitas bergengsi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa mereka yang hidup di daerah lebih panas lebih beruntung karena di sana transmisi virus corona lebih lamban.

Baca Juga: 5 Strategi Lawan Virus Corona, Telah Sukses di Beberapa Negara

Ditemukan dalam penelitian itu bahwa sebagian besar penularan virus Sars-Cov-2 terjadi di area dengan suhu antara 3 sampai 17 derajat Celcius.

Sementara daerah dengan iklim lebih panas, seperti di daerah Khatulistiwa, yang rata-rata suhunya di atas 18 derajat Celcius, penularan virus corona baru ini lebih lamban.

Peta penyebaran Covid-19 dari WHO seperti yang diakses pada Senin (23/3/2020). Terlihat kasus penularan lebih banyak terjadi di utara Khatulistiwa. [Dok WHO]
Peta penyebaran Covid-19 dari WHO seperti yang diakses pada Senin (23/3/2020). Terlihat kasus penularan lebih banyak terjadi di utara Khatulistiwa. [Dok WHO]

Para ilmuwan di MIT membeberkan bahwa dari total kasus Covid-19 di dunia, porsi penularan di wilayah Khatulistiwa dan Selatan yang saat ini sedang menikmati musim panas kurang dari 6 persen.

Baca Juga: Menurut Peneliti, Inilah Tempat Teraman dari Penyebaran Virus Corona

"Di tempat yang suhunya lebih dingin, jumlah kasus (penularan virus corona) melonjak lebih cepat," kata Qasim Bukhari dari MIT yang memimpin studi itu.

"Ini terlihat di Eropa, meski di sana sistem kesehatannya termasuk yang terbaik di dunia," lanjut dia.

Lebih lanjut Bukhari mengatakan bahwa pengaruh suhu atau iklim juga terlihat di AS. Di negara-negara bagian selatan AS, seperti Arizona, Florida, dan Texas penularan Covid-19 lebih pelan ketimbang di Washington, New York, Colorado yang berada di utara.

Baca Juga: Saat Pandemi Corona, Begini Prosedur Astronot yang Dikirim ke Luar Angkasa

Studi dari MIT ini seiring sejalan dengan dua studi yang digelar sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian di Spanyol dan Finlandia, yang menemukan bahwa virus corona baru ini berkembang cepat di daerah dengan udara kering dan dingin, antara -2 sampai 10 derajat Celcius.

Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Centers for Disease Control and Prevention)
Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Centers for Disease Control and Prevention)

Sementara studi lain di China juga menunjukkan bahwa penularan virus corona melamban di lingkungan dengan suhu lebih panas dan lembab.

Meski demikian, Bukhari mewanti-wanti bahwa studi-studi yang menunjukkan virus corona baru ini melemah di kondisi panas jangan membuat lengah para pengambil kebijakan.

Baca Juga: Satelit Temukan Kuburan Massal di Iran, Makam Korban Virus Corona?

"Kita harus tetap waspada. Suhu panas mungkin membuat virus ini kurang efektif. Tetapi kurang efektif bukan berarti tak ada transmisi sama sekali," ia menegaskan.

Itulah kata ilmuwan mengenai penyebaran virus corona COVID-19 yang lebih lamban di iklim panas dibanding wilayah lainnya. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB