CEK FAKTA: Kasus Hantavirus di China Bukan Virus Baru

Virus yang menewaskan pria asal Yunnan, China ini adalah hantavirus, bukan jenis baru.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 03 April 2020 | 10:17 WIB
Ilustrasi tikus. (Pixabay)

Ilustrasi tikus. (Pixabay)

Hitekno.com - Virus corona baru yang disebut SARS-CoV-2 telah menjadikan sumber dari COVID-19. Ketika dunia masih berperang melawannya, China sudah melaporkan adanya kasus virus lain lagi.

Berbeda dengan virus corona COVID-19, laporan baru di China muncul kembali virus baru lain yang disebarkan oleh tikus, yaitu virus hanta atau hantavirus.

Virus baru ini ternyata telah menyebabkan kematian seorang pria asal Yunnan, China, hanya dalam beberapa jam setelah dinyatakan positif virus hanta.

Baca Juga: Ilmuwan Bagikan Seperti Apa Penampakan Virus Corona COVID-19

Sebanyak 32 orang lainnya pun sudah diperiksa dan saat ini dokter tengah menunggu hasil tes mereka, lapor The Health Site.

Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), hantavirus atau virus hanta termasuk dalam keluarga Bunyaviridae yang disebarkan oleh tikus.

Virus baru ini menyebabkan sindrom paru virus hanta atau hantavirus pulmonary syndrome (HPS).

Baca Juga: Terinfeksi Virus Corona, Nenek 90 Tahun Ini Berhasil Sembuh

Seseorang dapat terinfeksi virus ini dengan mengirup partikel virus dari urin, tetes atau air liur hewan pengerat. Gigitan dari inang yang terinfeksi juga dapat menyebabkan infeksi paru ini.

Gejala awal dari HPS termasuk demam, kelelahan, dan nyeri otot di paha, pinggul, punggung, dan bahu. Orang yang terinfeksi juga dapat mengalami sakit kepala, pusing, kedinginan, sakit perut, muntah, mual, hingga diare.

Empat hingga 10 hari setelah fase awal penyakit akan muncul gejala HPS lain, seperti batuk dan sesak napas.

Baca Juga: Inilah Asal Usul Nama Virus Corona, Termasuk COVID-19

Ilustrasi beberapa ekor tikus. [Shutterstock]
Ilustrasi beberapa ekor tikus. [Shutterstock]

Beberapa orang yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi ini mengaku gejala yang mereka rasakan seperti ada tali yang mengikat atau bantal yang menutupi wajah sehingga mereka merasa kesulitan bernapas. Ini terjadi ketika paru-paru telah dipenuhi oleh cairan.

HPS dapat berakibat fatal dan memiliki tingkat kematian 38%.

Itulah kasus virus yang ditemukan di China ketika dunia sedang berperang melawan COVID-19. (Suara.com/ Rosiana Chozanah).

Baca Juga: Ilmuwan Dunia Sebut Penanganan Virus Corona di Indonesia Mengkhawatirkan

Hantavirus Bukan VIrus Baru

Hasil penelusuran dan cek fakta turnbackhoax.id dalam artikel ini, menyebutkan kalau hantavirus bukan virus baru.

Virus Hanta pertama kali ditemukan pada 1950. Virus Hanta pun, yang menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS), pernah mewabah di AS pada 1993.

Virus Hanta adalah virus yang menyebar terutama dari tikus dan dapat menyebabkan beragam sindrom penyakit. Manusia bisa tertular jika terpapar urin, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi

Dilansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), virus yang menyebabkan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) atau sindrom paru-paru virus Hanta ini sudah pernah mewabah sebelumnya, yakni pada Mei 1993, di AS bagian barat daya, tepatnya di negara bagian Arizona, New Mexico, Colorado, dan Utah.

Laporan hantavirus di AS pada 1993 ini bisa dilihat di halaman CDC pada link ini.

Menurut cek fakta Tempo, disebutkan laporan dari situs media asing Global Times, memang ada seorang pria dari provinsi Yunnan, China, yang meninggal karena terinfeksi virus Hanta, bukan virus baru.

Kesimpulan:

Hantavirus yang menewaskan pria asal Yunnan, China ini bukan virus baru. Namun virus ini telah lebih dulu pada 1950 silam.

Koreksi (Pembaruan per 3 April 2020):

Artikel ini telah dikoreksi dan diperbarui, terutama demi meluruskan fakta-faktanya. Termasuk dengan mengubah/memperbaiki judul & sebagian gambarnya, juga tambahan/penjelesan di bagian isi. Mohon maaf atas kekeliruan sebelumnya dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB