Hitekno.com - Para ilmuwan baru-baru ini mengklaim telah menemukan fosil dari nenek moyang semua makhluk hidup di Bumi. Fosil ini berupa makhluk kecil seperti cacing.
Fosil nenek moyang makhluk hidup ini disebut telah hidup lebih dari 555 juta tahun yang lalu,menurut ahli geologi yang membuat penemuan itu.
Mereka mengatakan, itu nenek moyang pertama di pohon keluarga yang berisi binatang paling akrab saat ini, termasuk manusia.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Burung Modern Tertua, Hidup Bareng Dinosaurus
Dinamakan Ikaria wariootia, itu adalah bilaterian paling awal atau organisme dengan bagian depan dan belakang, dua sisi simetris, dan bukaan di kedua ujungnya dihubungkan oleh usus.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa organisme multiseluler paling awal, seperti spons dan tikar alga, memiliki bentuk yang bervariasi.
Secara kolektif dikenal sebagai Biota Ediacaran, kelompok ini berisi fosil tertua dari organisme multiseluler yang kompleks.
Baca Juga: Sejarah Baru, Ilmuwan Temukan Fosil Dinosaurus di Kanada
Tetapi kebanyakan dari mereka tidak berhubungan langsung dengan hewan di sekitar hari ini, termasuk makhluk berbentuk pad lily yang dikenal sebagai Dickinsonia yang tidak memiliki fitur dasar dari sebagian besar hewan, seperti mulut atau usus.
Para ilmuwan mengatakan, pengembangan simetri bilateral merupakan langkah penting dalam evolusi kehidupan hewan, memberi organisme kemampuan untuk bergerak secara sengaja dan cara yang umum dan mengatur tubuh mereka.
Sejumlah besar hewan, dari cacing hingga serangga hingga dinosaurus hingga manusia, diorganisasikan berdasarkan rencana tubuh bilaterian dasar yang sama.
Baca Juga: Para Ilmuwan Berhasil Temukan Fosil Tengkorak Hiu Berumur 300 Juta Tahun
Ilmuwan ahli biologi evolusi yang mempelajari genetika hewan modern memperkirakan, nenek moyang tertua dari semua bilateria berbentuk sederhana dan kecil, dengan organ sensorik 'rudimenter'.
Para ahli biologi melestarikan dan mengidentifikasi sisa-sisa fosil hewan seperti itu dianggap sulit, tapi bukan tidak mungkin.
Selama 15 tahun, para ilmuwan sepakat bahwa lubang-lubang fosil yang ditemukan di deposito Zaman Ediacaran yang berusia 555 juta tahun di Nilpena, Australia Selatan, dibuat oleh para bilaterian. Tetapi tidak ada tanda-tanda makhluk yang membuat lubang.
Baca Juga: Peneliti Temukan Fosil Nenek Moyang Buaya Berusia 230 Tahun
Scott Evans, lulusan doktoral baru-baru ini dari University of Caifornia, Riverside, dan Profesor Mary Droser memperhatikan sangat kecil, kesan oval dekat beberapa lubang.
Dengan dana dari hibah exobiologi NASA, mereka menggunakan pemindai laser tiga dimensi yang mengungkapkan bentuk tubuh silinder yang teratur dan konsisten dengan kepala dan ekor yang berbeda dan otot-otot yang beralur samar.
Makhluk itu memiliki panjang antara dua dan tujuh milimeter dan lebar sekitar satu hingga 2,5 milimeter, dengan ukuran terbesar dan bentuk sebutir beras, yang memiliki ukuran tepat untuk membuat lubang.
"Kami pikir hewan-hewan ini seharusnya ada selama interval ini, tetapi sulit dikenali. Setelah kami melakukan pemindaian 3D, kami tahu bahwa kami telah membuat penemuan penting," kata Dr Evans dilansir laman Meto.co.uk, Rabu (25/3/2020).
Ikaria wariootia dinamai untuk mengakui 'penjaga' asli tanah tersebut. Nama genus berasal dari Ikara, yang berarti "tempat pertemuan" dalam bahasa Adnyamathanha.
Itu adalah nama Adnyamathanha untuk sekelompok gunung yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Wilpena Pound. Nama spesies berasal dari Warioota Creek, yang membentang dari Flinders Ranges ke Stasiun Nilpena.
"Burrows Ikaria lebih rendah dari yang lainnya. Ini fosil tertua yang kita dapatkan dengan jenis kompleksitas ini. Dickinsonia dan hal-hal besar lainnya mungkin jalan buntu evolusi. Kami tahu bahwa kami juga memiliki banyak hal kecil dan berpikir ini mungkin adalah bilateria awal yang kami cari," terang Prof Droser.
Terlepas dari bentuknya yang relatif sederhana, Prof Droser menjelaskan bahwa Ikaria lebih kompleks dibandingkan dengan fosil lain dari periode ini.
Dia mengatakan, itu terkubur di lapisan tipis pasir beroksigen baik di dasar laut untuk mencari bahan organik, menunjukkan kemampuan sensorik yang belum sempurna.
Kedalaman dan kelengkungan Ikaria mewakili ujung depan dan belakang yang jelas berbeda, mendukung gerakan terarah yang ditemukan di liang.
Prof Droser mengatakan bahwa liang-liang itu juga mempertahankan lintasan yang berbentuk silang, membentuk punggung "V", menyarankan Ikaria bergerak dengan menggerakkan otot-otot di tubuhnya seperti cacing, yang dikenal sebagai penggerak peristaltik.
Dia menjelaskan bahwa bukti perpindahan sedimen di liang dan tanda-tanda organisme yang memakan bahan organik terkubur mengungkapkan bahwa Ikaria mungkin memiliki mulut, anus, dan usus.
"Inilah yang diprediksi oleh para ahli biologi evolusi. Sangat menyenangkan bahwa apa yang kami temukan sesuai dengan prediksi mereka," tukas Prof Droser.
Temuan fosil yang diklaim nenek moyang semua makhluk hidup di bumi ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences. (Suara.com/ Dythia Novianty).