Hitekno.com - Saat ini dunia sedang bergelut melawan pandemi virus corona baru SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19. Namun ahli menyebut virus serupa bisa muncul lagi di masa depan.
Virus corona atau Covid-19 memang bukan wabah penyakit pertama yang membelit masyarakat dunia.
Sebelum virus corona, ada SARS, MERS, dan flu burung. Tapi garis besarnya, semua adalah virus zoonotik, atau virus yang berasal dari hewan.
Baca Juga: Peringatan Pakar Penyakit, Pandemi Virus Corona Punya Risiko Berulang
Ahli Kesehatan Hewan Tri Satya Putri Naipospos mengatakan virus corona kemungkinan hanyalah salah satu virus yang diidentifikasi sebagai puncak gunung es.
Dan di masa depan kemungkinan virus-virus serupa dengan virus corona ini akan semakin banyak.
"Virus-virus corona yang telah diidentifikasi mungkin hanyalah suatu puncak gunung es, dengan potensi menyebabkan lebih banyak lagi kejadian zoonotik yang baru dan berat di masa depan," ujar Tri Satya Putri Naipospos dalam teleconference Earth Hour 2020, Jumat (27/3/2020).
Baca Juga: Ilmuwan Peraih Nobel Prediksi Virus Corona Segera Berakhir?
Ia mengatakan virus-virus zoonosis ini akan terus berkembang dan bermutasi, bertukar komponen satu dengan yang lainnya. Lalu, setelahnya terbentuklah virus baru.
Virus ini ada pada hewan, tapi karena perilaku manusia pada akhirnya virus ini berpindah dan menyerang manusia.
"Virus-virus yang zoonotik dapat melompati hambatan spesies dan utamanya berbahaya bagi manusia, oleh karena sistem imun kita belum mengetahui bagaimana cara memerangi virus baru tersebut," ungkapnya.
Baca Juga: Peneliti Prediksi Covid-19 Berakhir Saat Musim Panas, Indonesia Kapan?
Terlepas dari perubahan lingkungan, kata Tri Satya Putri Naipospos, perilaku buruk manusia itu sendirilah yang memicu virus berbahaya berpindah ke manusia, seperti merusak habitat hewan, penebangan pohon, penambangan, urbanisasi, hingga perburuan satwa liar.
Seperti diketahui, beredar luas informasi yang mengatakan virus corona ada di tubuh kelelawar, dan media hewan perantaranya adalah trenggiling atau pangolin, yang dikenal sebagai binatang bersisik tertutup dan nokturnal yang menggulung dirinya menjadi bola ketika terancam.
"Binatang ini jarang terlihat di alam liar, dan sangat sulit dibesarkan dalam penangkaran. Namun, trenggiling menjadi mamalia liar yang paling banyak diperdagangan di dunia," ungkapnya.
Baca Juga: Prediksi Peneliti, Puluhan Ribu Kasus COVID-19 Tak Terdeteksi di Indonesia
"Lebih dari 200.000 diperkirakan diambil dari alam liar setiap tahun di Afrika dan Asia," tutup Tri.
Itulah kata ahli kesehatan hewan Tri Satya Putri Naipospos terkait potensi munculnya virus lain serupa virus corona di masa depan. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi).