Ahli Sebut Virus Corona Tak Tahan Panas, Bagaimana dengan Terik Matahari?

Faktor suhu dinilai menjadi salah satu penyebab masifnya penyebaran virus corona di Italia dan Amerika Serikat.

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 31 Maret 2020 | 08:00 WIB
Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Hitekno.com - Virus corona jenis baru, SARS-CoV-2 penyebab pandemi COVID-19 ini masih saja menghantui. Apakah virus corona ini akan mati jika kena panas terik Matahari?

Seorang ahli virus atau virologi Indonesia, drh. Indro Cahyono mengungkapkan bahwa daya tahan virus sangat terpengaruh suhu.

Disebutkan ahli virus ini, semakin panas suhu, maka kemampuan virus untuk bertahan akan semakin kecil.

Baca Juga: Ahli Sebut Sejenis Virus Corona Ini Bisa Makin Banyak di Masa Depan, Duh!

"Jadi kalau misalnya dia (virus) di suhu 10-15 (derajat) mungkin dia bisa bertahan di lingkungan sampai 3 jam. Di suhu 20-25, dia hanya bertahan selama 3 menit. Sekarang suhu di Indonesia 26-30 derajat, gak sampai 1 menit itu virusnya sudah hilang," jelas Indro saat dihubungi Suara.com.

Dari kesimpulan tersebut, Indro mengatakan bahwa siang hari merupakan waktu paling aman untuk keluar. Meski tentu saja, tetap harus melakukan social distancing atau jaga jarak sosial.

Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Centers for Disease Control and Prevention)
Ilustrasi Virus Corona COVID-19. (Centers for Disease Control and Prevention)

Faktor suhu itu yang kemudian dinilai Indro menjadi salah satu penyebab masifnya penyebaran virus corona di Italia dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Peringatan Pakar Penyakit, Pandemi Virus Corona Punya Risiko Berulang

"Di Italia suhu 6 derajat, Amerika 12 derajat. Sementara virusnya di suhu 10 sampai 15 derajat itu bertahan selama 3 jam. Kalau virusnya disuhu 6 derajat ya dia bisa bertahan mungkin 5 bahkan 6 jam. Kalau kita keluar ya pasti kena (terinfeksi)," kata ahli virus tersebut.

Itu juga, lanjutnya,  yang membedakan proses penularan di Italia dan Indonesia. Menurut Indro, kondisi di Indonesia masih cukup aman ketika siang hari dengan paparan sinar matahari yang cerah.

Indro sekaligus meluruskan pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC terkait sinar matahari yang tak mampu membunuh virus corona.

Baca Juga: Ilmuwan Peraih Nobel Prediksi Virus Corona Segera Berakhir?

"Kalau CDC bilang sinar matahari tidak membunuh ya benar tidak membunuh, itu di Italia, di AS. Soalnya suhunya segitu," terang Indro.

Itulah kata ahli virus terkait kemampuan hidup virus corona yang rentan pada suhu panas. Meski virus bisa mati kena terik Matahari yang panas, tetap disarankan di rumah saja. (Suara.com/ Lilis Varwati).

Baca Juga: Budiman Sudjatmiko: Ada Peringatan Ilmuwan Soal Virus Corona Sejak 2007

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB