Hancur, Komet ATLAS Tak Bisa Terlihat dari Bumi

Komet ATLAS mengalami kenaikan angka magnitudo sehingga meredup mulai pekan lalu. Ini alasan mengapa komet hancur.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Sabtu, 18 April 2020 | 11:00 WIB
Ilustrasi komet. (Pixabay)

Ilustrasi komet. (Pixabay)

Hitekno.com - Pada akhir April dan awal Mei 2020 nanti para astronom mengatakan akan adanya fenomena langit menarik yang bisa diamati, yaitu komet C/2019 Y4 atau dikenal sebagai komet ATLAS.

ATLAS sendiri adalah akronim Asteroid Terrestrial-Impact Last Alert System. Sebuah penelitian berbasis di Hawaii yang difokuskan untuk mendeteksi benda-benda kecil di dekat Bumi, beberapa minggu sebelum benda langit itu berdampak pada Bumi.

Komet ATLAS [Gianluca Masi/Virtual Telescope Project].
Komet ATLAS [Gianluca Masi/Virtual Telescope Project].

Sebelumnya, komet ini telah dilaporkan meredup pada 6 April 2020. Para pengamat melaporkan magnitudo komet ATLAS terus meningkat menjadi +8,8 hingga +9,2, di mana semakin besar angka magnitudo maka semakin redup objek langit itu.

Baca Juga: Gratiskan Uang Sewa Selama 4 Bulan, Pemilik Kontrakan Ini Banjir Pujian

Laporan terbaru dari laman Space.com, komet ATLAS telah pecah menjadi potongan-potongan kecil. Menurut astrofisikawan Gianluca Masi, pendiri dan direktur Virtual Telescope Project di Italia, bagian inti atau nukleus komet ATLAS telah hancur dan terbagi dalam empat fragmen besar.

Dalam gambar yang diunggah Virtual Telescope Project melalui Space.com terlihat kepingan komet yang hancur. Meski begitu, kehancuran komet bukanlah hal langka. Pecahnya disebabkan tak lain karena komposisi objek itu sendiri.

Komet merupakan objek es sehingga ketika terkena sinar Matahari, akan cepat menguap. Penguapan itu akan membuat rotasinya menjadi lebih cepat dan menjadi penyebab bisa pecah.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Baca Juga: Silaturahmi Tiap Hari, Indosat Hadirkan Paket Kuota Harian Lebih Terjangkau

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB