Menurut BMKG, Ini Penyebab Jabodetabek Lebih Panas Beberapa Hari Terakhir

Suhu Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir berkisar antara 33 sampai 35 derajat Celcius.

Agung Pratnyawan

Posted: Kamis, 23 April 2020 | 06:30 WIB
Logo BMKG. (BMKG)

Logo BMKG. (BMKG)

Hitekno.com - Beberapa wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) beberapa hari ini mengalami peningkatan suhu udara. Apa yang menyebabkan Jabodetabek lebih panas?

Suhu udara yang panas berkisar 33-35 derajat Celcius di wilayah Jabodetabek dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan salah satunya oleh posisi matahari yang berada di sekitar utara khatulistiwa dan bergerak semakin ke utara.

"Di bulan April ini posisi matahari berada di sekitar utara khatulistiwa dan bergerak semakin ke utara, oleh karena itu, suhu udara terasa lebih panas daripada biasanya," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin yang dihubungi di Jakarta, Rabu (22/4/2020).

Baca Juga: BMKG: Kualitas Udara di Jakarta Semakin Baik Karena PSBB

Di samping suhu yang maksimum mencapai 33-35 derajat Celcius, kondisi cuaca cenderung cerah hingga cerah berawan, hujan ringan-sedang terdapat di sekitar Bogor, Depok dan Jakarta bagian selatan. Kelembapan minimum di Jabodetabek berkisar 55-72 persen.

Lebih lanjut BMKG menjelaskan, faktor lain yang menyebabkan cuaca panas di wilayah Jabodetabek adalah kondisi cuaca cerah dengan tutupan awan yang minim.

Alhasil radiasi yang diterima permukaan bumi cukup signifikan karena tidak terhalang awan dan akhirnya akan meningkatkan suhu udara permukaan.

Baca Juga: Sejak 28 Maret, BMKG Catat Ada 72 Kali Gempa Susulan Guncang Sulteng

Kondisi cerah dan pertumbuhan awan yang minim di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan karena uap air di atmosfer yang sedikit dan kelembaban udara relatif kering.

Suhu Jabodetabek jelang akhir April semakin panas. Ilustrasi puncak Tugu Monas, Jakarta pada Mei 2018 lalu. [Suara.com]
Suhu Jabodetabek jelang akhir April semakin panas. Ilustrasi puncak Tugu Monas, Jakarta pada Mei 2018 lalu. [Suara.com]

Dinamika cuaca tersebut dipicu adanya aliran massa udara kering dari Australia ke wilayah Indonesia bagian selatan. Massa udara kering tersebut lantas menghambat pertumbuhan awan-awan hujan sehingga berdampak secara tidak langsung pada kondisi terik pada siang hari.

Disamping itu wilayah Jabodetabek saat ini sedang di masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, sehingga potensi cuaca ekstrem juga masih dapat terjadi.

Baca Juga: Prediksi BMKG, Musim Kemarau 2020 di Indonesia Akan Mulai April

Potensi cuaca ekstrem tersebut antara lain hujan lebat yang umumnya berlangsung pada siang dan sore hari, angin puting beliung hingga hujan es.

Sebelumnya, BMKG memprediksikan awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia mulai berlangsung awal Mei 2020.

Itulah penjelasan BMKG kenapa beberapa hari terakhir ini suhu udara di wilayah Jabodetabek mengalami peningkatan. Apakah kamu merasakan suhu panas juga? (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Baca Juga: Mampu Turunkan Suhu Udara Surabaya, Wali Kota Risma dapat Pujian BMKG

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB