Sebelum Jadi Benua ES, Ternyata Antartika Merupakan Hutan

Sebuah fakta baru berhasil diungkap pakar paleontologi asal Swedish Museum of Natural History, Thomas Mors.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Rabu, 29 April 2020 | 21:45 WIB
Ilustrasi Antartika yang penuh dengan salju. (Pixabay/ michelle2214)

Ilustrasi Antartika yang penuh dengan salju. (Pixabay/ michelle2214)

Hitekno.com - Pakar paleontologi asal Swedish Museum of Natural History, Thomas Mors berhasil mengungkapkan fakta baru ketika menliti fosil kecil berusia 40 juta tahun yang digali di Seymour Island, dekat ujung semenanjung Antartika

Betapa terkejutnya Mors ketika mengetahui, fosil kecil yang ia teliti rupanya bagian panggul dan kepala seekor katak dari spesies Katak Bertopi atau Helmeted Frog. Jenis katak ini masih berhubungan dengan katak sejenis yang berasal dari Chile. Panjang tubuhnya sendiri sekitar 4 cm.

"Ini adalah penemuan yang sama sekali tidak terduga di bawah mikroskop. Saya langsung menyadari bahwa saya telah menemukan katak pertama Antartika," sebut Mors seperti dikutip laman Reuters, Rabu (29/4/2020).

Baca Juga: Popular Google Doodle Games Hari Ini Terinspirasi dari Oskar Fischinger

Fosil katak tersebut kini menjadi amfibi pertama yang ditemukan di Antartika yang masih ada keturunannya di zaman modern. Selain itu, fosil tersebut juga mengungkap kondisi mengejutkan masa silam.

Karena habitat katak biasanya berada di hutan hujan tropis, maka disimpulkan bahwa 6 juta tahun sebelum jadi benua es, Antartika merupakan hutan dan sungai yang dipenuhi kehidupan satwa.

Ilustrasi pegunungan dengan hutan hujan. [Shutterstock]
Ilustrasi hutan. [Shutterstock]

"Hal ini memberitahu kita bahwa seluruh ekosistem bisa lenyap oleh perubahan iklim global dan mungkin itu berlangsung cepat," lanjut Mors.

Baca Juga: Bisa Terbang Lebih Lama, DJI Umumkan Drone Mavic Air 2

Sebelum membeku jadi benua es, Mors memperkirakan bahwa iklim di Antartika serupa dengan hutan hujan di Chile, amat basah karena temperatur pada bulan terhangat rata-rata 14 derajat Celcius. Namun saat katak tersebut masih eksis dan memakan serangga, lapisan es mulai terbentuk.

"Karena ada bukti gletser sudah ada 40 juta tahun lalu, menarik bahwa iklimnya ternyata masih cocok untuk vertebrata darat berdarah dingin ini," pungkasnya.(Suara.com/Tivan Rahmat)

Baca Juga: Kocak, Begini Jika Pocong Jefri di Sinetron Lawas Jadi Meme Peradaban

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB