Ilmuwan Sebut Wabah Terburuk dalam Sejarah, Ternyata Tak Separah Itu

Wabah Yustinianus atau Justinian disebut-sebut sebagai salah satu pandemi terburuk yang terjadi dalam sejarah manusia.

Agung Pratnyawan

Posted: Sabtu, 09 Mei 2020 | 21:30 WIB
Ilustrasi wabah. (Pixabay)

Ilustrasi wabah. (Pixabay)

Hitekno.com - Wabah Yustinianus atau Justinian disebut-sebut sebagai pandemi terburuk dalam sejarah manusia. Dan diklaim telah memusnahkan setengah dari populasi Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 541–542 M.

Karena itu wabah Yustinianus ini disebut-sebut sebagai pandemi yang terburuk sepanjang sejarah manusia.

Namun, dalam sebuah penelitian baru dalam jurnal PLOS One menunjukkan bahwa tingkat kematian dan keparahan pandemi itu mungkin tidak seburuk yang dipikirkan sebelumnya.

Baca Juga: Menurut Ilmuwan, Ini Lokasi Paling Berbahaya Sepanjang Sejarah Bumi

Patogen penyebab wabah ini adalah Yersinia pestis, bakteri yang sama seperti ditemukan pada wabah Black Death pada abad ke-14.

Wabah Yustinianus itu terjadi di Mesir dan berakar di Kekaisaran Romawi Timur dengan gelombang yang terus terjadi hingga 750 M.

Kasus-kasus penyakit dilaporkan di kota-kota dan desa-desa sejauh Eropa Utara, Timur Tengah, dan Afrika Utara, tetapi daerah yang paling terdampak adalah Kota Konstantinopel di Turki saat ini.

Baca Juga: Kilas Balik Sejarah, Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau Tahun 1883

Di ibukota kekaisaran ini, beberapa dokumen tertulis menunjukkan bahwa wabah menewaskan hingga 300.000 orang di kota, lebih dari separuh penduduk saat itu.

Ilustrasi Black Death. [Shutterstock]
Ilustrasi Black Death. [Shutterstock]

Upaya-upaya sebelumnya untuk memahami wabah Justinian sering mengandalkan sumber-sumber utama ini untuk menyatukan sisa teka-teki tentang wabah tersebut.

Tetapi, penelitian terbaru ini menunjukkan keterlibatan Konstantinopel dengan wabah ini mungkin tidak mencerminkan keseluruhan gambaran.

Baca Juga: Selain Virus Corona COVID-19, Ini 5 Pandemi Terburuk dalam Sejarah

Pemodelan matematika terbaru yang dilakukan Universitas of Maryland menunjukkan dampak pandemi mungkin telah dilebih-lebihkan.

Angka kematian yang tepat masih belum jelas, namun temuan para ahli menunjukkan bahwa jumlah kematian wabah sering didasarkan pada sumber-sumber primer dari Konstantinopel, di mana wabah itu terdokumentasikan dengan baik.

Para ilmuwan berpendapat tidak mungkin wabah ini menyebar separah yang dilaporkan karena rute transmisi akan bervariasi di berbagai kerajaan.

Baca Juga: Duh! Pengiriman Smartphone Alami Penurunan Terbesar Sepanjang Sejarah

Misalnya, wabah ini lebih cenderung menyebar di kota berpenduduk padat yang terhubung dengan rute perdagangan dibandingkan dengan pemukiman terpencil di Eropa Utara. Sayangnya, jenis lokasi ini juga cenderung tidak memiliki catatan tertulis yang terperinci dan akurat.

Meski begitu, para ilmuwan percaya wabah itu tidak mungkin terjadi separah yang ditunjukkan oleh sumber-sumber tertulis dari Konstantinopel.

Ilustrasi kostum Black Death. (YouTube/ Svane Lunde)
Ilustrasi kostum Black Death. (YouTube/ Svane Lunde)

"Hasil kami sangat menunjukkan bahwa efek dari wabah Justinian sangat bervariasi antara daerah perkotaan yang berbeda pada zaman kuno," ucap Lee Mordechai, seorang sejarawan lingkungan dan rekan pascadoktoral di Pusat Sintesis Sosial-Lingkungan Universitas Maryland (SESYNC), seperti dikutip laman IFL Science, Jumat (8/5/2020).

Penulis utama penelitian ini, Lauren White, mengatakan bahwa ada sangat sedikit informasi kuantitatif dalam sumber-sumber utama untuk wabah Justinian sehingga para ahli dapat melakukan penelitian lebih lanjut sebagai kesempatan untuk menggabungkan pengetahuan terkini tentang etiologi wabah dengan deksripsi dari teks-teks sejarah.

Itulah wabah Yustinianus  atau wabah Justinian yang disebut-sebut sebagai pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia. Namun ternyata kebenarannya diragukan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB