Dampak Matahari Lockdown, Apakah Berbahaya Bagi Bumi?

Para ilmuwan memberikan peringatan bahwa matahari mengalami masa "lockdown" yang dapat menyebabkan cuaca dingin ektrem, gempa bumi, dan bisa menimbulkan kelaparan.

Agung Pratnyawan

Posted: Senin, 18 Mei 2020 | 14:59 WIB
Ilustrasi matahari. (pixabay/qimono)

Ilustrasi matahari. (pixabay/qimono)

Hitekno.com - Matahari Lockdown atau berada dalam periode "minimum Matahari" bisa berdampak pada Bumi. Dampak Matahari Lockdown disebut-sebut bisa membahayakan.

Kondisi Matahari Lockdown sendiri adalah sebutan untuk aktivitas di permuakaan Matahari yang mengalami penurunan secara drastis. Apa dampak Matahari Lockdown ini?

Para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari "resesi" sinar matahari yang pernah tercatat sebagai bintik matahari telah menghilang.

Baca Juga: Terpopuler Hari Ini: YouTuber Ferdian Paleka dan Keanehan pada Matahari

Astronom Dr Tony Phillips mengatakan bahwa Solar Minimum sedang berlangsung, dan itu yang mendalam.

"Hitungan Sunspot menunjukkan bahwa ini adalah salah satu yang terdalam abad ini. Medan magnet matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya. Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan pelancong udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer atas Bumi, dan dapat membantu memicu petir," ujarnya dilansir laman The Sun, Minggu (17/5/2020).

Ilustrasi Matahari berbentuk bola api. (Pixabay/ WikiImages)
Ilustrasi Matahari berbentuk bola api. (Pixabay/ WikiImages)

Para ilmuwan NASA khawatir itu bisa menjadi pengulangan Dalton Minimum, terjadi antara 1790 dan 1830, yang mengarah ke periode dengan suhu dingin yang brutal, kehilangan panen, kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.

Baca Juga: Tak Seperti Biasanya, Ilmuwan Temukan Keanehan pada Matahari

Suhu turun drastis hingga 2C lebih dari 20 tahun, menghancurkan produksi pangan dunia sebagai dampak Matahari Lockdown.

Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di Gunung Tambora, menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Ini juga menyebabkan apa yang disebut Tahun Tanpa Musim Panas pada 1816, juga dijuluki "delapan belas ratus mati sampai mati", ketika ada salju di bulan Juli.

Baca Juga: Astronom Bagikan Gambar Resolusi Tertinggi Matahari, Nampak Jelas

Sejauh tahun ini matahari telah "kosong" tanpa bintik matahari 76 persen dari waktu itu, suatu angka yang hanya melampaui sekali sebelumnya di Zaman Antariksa, tahun lalu, ketika adalah 77 persen kosong.

Itulah dampak Matahari Lockdown yang ternyata cukup membahayakan. Bahkan tercatat dalam sejarah pernah terjadi dalam waktu lampau. (Suara.com/ Dythia Novianty).

Baca Juga: Ahli Sebut Virus Corona Tak Tahan Panas, Bagaimana dengan Terik Matahari?

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB