Hitekno.com - Laporan terbaru menyebutkan bahwa lempeng tektonik raksasa di bawah Samudra Hindia pecah menjadi dua bagian. Berkaitan dengan gempa, apa efek fenomena ini?
Lempeng tektonik yang terletak di India-Australia-Capricorn ini terbelah dengan kecepatan 0,06 inci atau 1,7 milimeter dalam satu tahun. Artinya, dalam satu juta tahun, lempeng ini memiliki jarak mencapai 1 mil atau 1,7 kilometer.
Mengenai lempeng tektonik raksasa yang pecah ini menurut para ilmuwan memang bukan hal yang bergerak cepat dan menakutkan. Namun, hal ini perlu diwaspadai ke depannya.
Baca Juga: Dua Astronot NASA ke Luar Angkasa dengan Pesawat SpaceX, Crew Dragon
Sebaliknya, pecahnya lempeng tektonik raksasa di bawah Samudra Hindia ini berlangsung cukup lambat. Walaupun lambat, ilmuwan memprediksi bahwa hal ini penyebab terjadinya gempa yang aneh di wilayah tersebut.
Mengutip Live Science, berdasarkan catatan, pada April 2012, gempa berkekuatan 8,6 dan 8,2 melanda Samudra Hindia dan berada dalam jarak yang dekat dengan Indonesia.
Jika gempa Bumi di zona subduksi terjadi karena satu lempeng tektonik masuk ke bawah lempeng lainnya, gempa Bumi ini justru berasal dari tempat yang aneh yaitu dari tengah lempeng.
Baca Juga: Namanya Digunakan untuk Teleskop NASA, Siapa Sosok itu?
Untuk hal ini, para ilmuwan memprediksi bahwa ada deformasi yang terjadi jauh di dalam tanah yaitu di daerah Cekungan Wharton. Sangat tidak dapat diduga, lempeng India-Australia-Capricorn lalu tidak lagi menjadi kesatuan yang kohesif.
Diduga kuat, lempeng tektonik raksasa di bawah Samudra Hindia yang disebut pecah ini karena terjadi kesalahan strike-slip yang sama seperti San Andreas Fault. Kesalahan semacam ini membuat dua blok Bumi saling bergeser secara horizontal.
Karena lempeng India-Australia-Capricorn di Samudra Hindia mengalami perpecahan dengan kecepatan yang berbeda. Dari celah pasif bisa saja kemudian menjadi pecah dan terbelah dua dalam waktu singkat.
Baca Juga: NASA: Matahari Lockdown Fenomena Alam Biasa, Tak Bikin Bumi Beku
Lebih lanjut, penelitian mengenai lempeng tektonik raksasa di bawah Samudra Hindia yang pecah ini terus dilakukan untuk menemukan efek dan bahaya apa yang sekiranya mungkin akan segera terjadi.