Ular Berbisa di Eropa Punya Pola Kulit Zig-Zag, Ternyata Ini Kegunaannya

Pola zig-zag pada kulit ular ternyata punya tiga fungsi pertahanan sekaligus.

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Selasa, 26 Mei 2020 | 17:15 WIB
Spesies viper atau ular berbisa saat berada di tangkai pohon. (Pixabay/ Larisa Koshkina)

Spesies viper atau ular berbisa saat berada di tangkai pohon. (Pixabay/ Larisa Koshkina)

Hitekno.com - Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Animal Behavior berhasil mengungkapkan fungsi tersembunyi dari pola zig-zag yang dimiliki ular berbisa. Sebagian besar spesies ular berbisa di Eropa diketahui memiliki kulit tubuh dengan pola zig-zag.

Ilmuwan menemukan bahwa pola zig-zag yang dimiliki oleh ular berbisa di Eropa mempunyai tiga fungsi pertahanan sekaligus.

Dipimpin oleh para ilmuwan dari Universitas Jyväskylä, Finlandia, penelitian ini mengungkap bagaimana pola warna tunggal dapat memungkinkan ular dalam menjebak atau menghindari hewan lain.

Baca Juga: Dinamai Mirip Karakter Harry Potter, Spesies Baru Ular Punya Warna Eksotis

Pewarnaan pelindung atau protective coloration adalah cara yang sangat umum untuk menghindari predator.

Tetapi kebanyakan hewan menunjukkan strategi pertahanan menggunakan warna yang berbeda untuk tujuan yang berbeda pula.

Spesies viper atau ular berbisa. (Pixabay/ Ian Lindsay)
Spesies viper atau ular berbisa. (Pixabay/ Ian Lindsay)

Beberapa menggunakan milik mereka sebagai cara mengaburkan diri, seperti bunglon, yang berbaur dengan lingkungannya.

Baca Juga: Demi Popularitas, Selebgram Cantik Nekat Foto Telanjang di Tengah Salju

Atau bisa juga sebagai aposematic, yang melindungi hewan dengan membuat mereka terlihat mengancam, seperti tawon.

Strategi lain adalah menghasilkan ilusi optik yang dapat membingungkan atau menakuti predator cukup lama sehingga hewan bisa melarikan diri.

Tetapi serangkaian percobaan yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Jyväskylä, telah menemukan bahwa ular berbisa Eropa (Vipera sp.) dapat mencapai ketiga trik di atas dengan pola warna tunggal, pola zig-zag mereka.

Baca Juga: Harus Tahu, Bisa Ular Weling Lebih Mematikan dari Ular Kobra

Dikutip dari IFLScience, pertama-tama ilmuwan menguji manfaat zig-zag untuk bersembunyi dengan bantuan para relawan.

Relawan diminta untuk melangkah di sepanjang jalan setapak di mana para ilmuwan telah meletakkan banyak model ular plastik dengan pola kulit berbeda.

Hasilnya menunjukkan bahwa ular berwarna polos lebih jelas terlihat jika dibandingkan ular dengan pola zig-zag.

Baca Juga: Anti Mainstream, Gadis Ini Pakai Jok Motor untuk Mandikan Ular

Viper atau ular berbisa. (Pixabay/ 272447)
Viper atau ular berbisa. (Pixabay/ 272447)

Penelitian sebelumnya telah menetapkan bahwa pola zig-zag ular beludak berfungsi sebagai peringatan aposematic terhadap gigitan ganas mereka.

Selain bersembunyi dan menakuti predator, pola zig-zag pada ular berbisa di Eropa ternyata berfungsi sebagai alat untuk melarikan diri.

Peneliti menemukan bahwa pola zig-zag yang bergerak cukup cepat dapat menciptakan efek "fusion-flicker" ke mata predator mamalia.

Efek itu dapat mengubah penampilan ular yang bergerak dan membuatnya lebih sulit ditangkap.

Namun efek ini tidak efektif di mata raptor, yang memiliki penglihatan sangat cepat dan tajam.

Penelitian mengenai pola zig-zag pada ular ini sangat menarik karena kita bisa mengetahui bahwa pola tersebut dapat berfungsi sebagai kamuflase, alat penggertak hingga bantuan efek untuk melarikan diri.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB