Hari Ini Matahari di Atas Ka'bah, Berikut Cara Meluruskan Arah Kiblat

Fenomena alam Matahari di Atas Ka'bah ini disebut sebagai Kulminasi Agung.

Agung Pratnyawan

Posted: Rabu, 27 Mei 2020 | 14:11 WIB
Matahari di Atas Ka'bah.(LAPAN)

Matahari di Atas Ka'bah.(LAPAN)

Hitekno.com - Hari, Rabu, 27 Mei 2020, fenomena alam Matahari tepat berada di atas Ka'bah tengah terjadi. Tepatnya pukul 16.18 WIB Matahari di Atas Ka'bah.

Fenomena alam Matahari di Atas Ka'bah ini disebut sebagai Kulminasi Agung (Arab: Istiwa’ al-A’zham, Inggris: Great Culmination).

Istilah lainnya disebut Rasdul Qiblah Global, karena separo wilayah Bumi dapat memanfaatkan momen ini untuk meluruskan arah kiblat. Rasdul Qiblah secara harfiah bermakna 'meluruskan kiblat'.

Baca Juga: Solar Minimum Matahari Segera Terjadi, NASA: Ini Berbahaya

Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), tahun ini kulminasi agung Ka’bah terjadi dua kali.

Pertama, pada Rabu, 27 Mei 2020 pukul 16.18 WIB. Kedua, terjadi pada hari Rabu, 15 Juli 2020 pukul 16.27 WIB.

Matahari di Atas Ka'bah.(LAPAN)
Matahari di Atas Ka'bah.(LAPAN)

Momen ini dapat dimanfaatkan umat Muslim untuk meluruskan arah kiblat. Caranya dapat dilakukan dengan mudah, murah dan akurat.

Baca Juga: NASA: Matahari Lockdown Fenomena Alam Biasa, Tak Bikin Bumi Beku

Dikutip dari situs Edukasi Sais Antariksa LAPAN, berikut cara meluruskan arah kiblat menggunakan Kuminasi Agung:

  1. Tentukan tempat yang akan diketahui arah kiblatnya, cari lokasi yang rata dan tentunya terkena cahaya Matahari.
  2. Sediakan tongkat lurus atau jika tidak ada, gunakan benang berbandul.
  3. Siapkan jam yang sudah dikalibrasikan. (dapat merujuk ke http://jam.bmkg.go.id atau http://time.is )
  4. Tancapkan tongkat di atas permukaan tanah dan pastikan tongkat benar-benar tegak lurus (90 dari permukaan tanah), atau gantungkan benang berbandul tadi.
  5. Tunggulah hingga waktu Kulminasi Agung tiba, kemudian amati bayangan tongkat atau benang pada waktu tersebut. Tandai ujung bayangan, kemudian tariklah garis lurus dengan pusat bayangan (tongkat/bandul). Garis lurus yang menghadap dari ujung ke pusat bayangan merupakan arah kiblat untuk tempat tersebut.

 

Namun perlu dicatat, ada sembilan wilayah di Indonesia yang tidak dapat memanfaatkan fenomena ini untuk meluruskan arah kiblat.

Baca Juga: Tanggapan Lapan pada Matahari Lockdown, Tidak Berkaitan dengan Bencana Alam

Beberapa wilayah itu adalah sebagian Propinsi Maluku mulai dari Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (kini Kabupaten Kepulauan Tanimbar), Kabupaten Maluku Tenggara (kini Kabupaten Kepulauan Kei), Kota Tual, Kabupaten Maluku Barat Daya (minus Pulau Wetar) dan Kabupaten Kepulauan Aru, ditambah dengan Propinsi Papua Barat serta Propinsi Papua.

Wilayah ini dapat meluruskan arah kiblat ketika Matahari berada di titik balik atau Nadir Ka’bah (Antipoda Ka’bah).

Nadir Ka’bah terjadi pada 29 November pukul 0.09 Waktu Saudi atau 6.09 Waktu Indonesia Timur, serta 14 Januari pukul 0.30 Waktu Saudi atau 6.30 Waktu Indonesia Timur.

Baca Juga: Dampak Matahari Lockdown, Apakah Berbahaya Bagi Bumi?

Sebenarnya, cara menentukan arah Kiblat dengan Antipoda Ka’bah atau Nadir Ka’bah sama dengan ketika menggunakan Kulminasi Agung.

Namun terdapat perbedaan dengan Kulminasi Agung yakni jika Kulminasi Agung arah kiblat adalah dari ujung ke pusat bayangan, sebaliknya jika Matahari berada di Antipoda Ka’bah arah kiblat adalah dari pusat ke ujung bayangan. (Suara.com/ Rifan Aditya).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB