Setelah 2 Tahun, Hewan Laut Dalam Berkaki 14 Ini Akhirnya "BAB"

Kutu laut raksasa ternyata mempunyai karakter yang unik!

Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Sabtu, 13 Juni 2020 | 09:00 WIB
Kutu laut raksasa. (YouTube/ TOBA AQUARIUM)

Kutu laut raksasa. (YouTube/ TOBA AQUARIUM)

Hitekno.com - Selain bentuknya yang aneh dengan wajah terkadang menyeramkan, hewan laut dalam mempunyai keunikan tersendiri. Seperti yang telah diketahui, manusia harus buang air besar (BAB) sehari atau setidaknya dua hari sekali agar saluran pencernaan lancar.

Dikenal dengan kutu laut raksasa (giant isopod), hewan yang bisa menghuni dasar laut samudera ini terciduk BAB untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.

Toba Aquarium yang terletak di Toba City, Prefektur Mie, Jepang telah memiliki lima koleksi kutu laut raksasa sejak tahun 2007.

Baca Juga: Jika Lempeng Tektonik Raksasa di Bawah Samudra Hindia Pecah, Apa Efeknya?

Kutu raksasa No. 1 telah mati pada tahun 2014 setelah ia tak mau makan setelah lima tahun

Menurut laporan dari SoraNews24, kotoran kutu laut raksasa terakhir kali ditemukan pada April 2018.

Kutu laut raksasa ketika diberi makan. (YouTube/ TOBA AQUARIUM)
Kutu laut raksasa ketika diberi makan. (YouTube/ TOBA AQUARIUM)

Namun pada tanggal 26 Mei 2020, petugas di Toba Aquarium menemukan kotoran di dalam tangki, menandai akhir dari penantian dua tahun tanpa BAB.

Baca Juga: Terawetkan dari Zaman Es, Ilmuwan Menemukan Fosil Kukang Raksasa

Penantian cukup panjang selama dua tahun atas BAB pertama kali ini justru disambut dengan beragam meme hingga konferensi pers lucu buatan netizen Jepang.

Channel YouTube Virtual Giant Isopod bahkan membagikan video parodi permintaan maaf atas ketidaknyamanan yang disebabkan atas buang air besar pertama kali dalam dua tahun terakhir.

Seorang kurator bernama Takeya Moritaki berkata,"Aku tidak tahu individu mana yang buang air besar, tetapi mereka terkenal sebagai makhluk dengan metabolisme, kecepatan makan dan buang air besar yang lambat."

Baca Juga: Menyeramkan, Hewan Berkaki 14 Ini Bisa Menyantap Buaya dengan Kejam

Dikutip dari UNILAD, kutu laut raksasa memang hewan laut dalam yang cukup unik.

Mereka bisa ditemukan di sebagian besar tempat paling gelap, dalam dan dingin pada beberapa samudera termasuk Samudera Atlantik, Pasifik, hingga Hindia.

Baca Juga: Dari Mitos Siluman Hingga Tahan HIV, Ini 5 Fakta Mengagetkan Tentang Buaya

Hewan itu masuk dalam ordo Isopoda dengan genus Bathynomus.

Spesies yang terkenal dan dikategorikan sebagai isopoda terbesar di dunia adalah Bathynomus giganteus, dengan panjang rata-rata antara 19 hingga 36 cm.

Meski terlihat perkasa, akhir kematian serta bangkai hiu dan paus akan berakhir pada kutu laut raksasa. Isopoda ini dikenal sebagai "hewan pemulung" di mana mereka akan memakan serta mengurai bangkai hewan besar di dasar samudera.

Mereka mempunyai banyak julukan termasuk kutu laut, kecoak laut hingga hewan pemulung.

Bahkan kerabat dekat mereka yang disebut Roly Poly atau Pill Bug (famili Armadillidiidae) pernah terekam oleh ilmuwan saat memakan bangkai buaya di bawah laut.

Tak seperti kutu pada umumnya, rata-rata kutu laut raksasa mempunyai satu hingga 15 sentimeter.

Mereka mempunyai kaki torakis atau pereiopod yang tersusun atas 7 pasang kaki sehingga secara total, kaki yang bisa mereka operasikan berjumlah 14.

Penantian panjang BAB hewan laut dalam itu merupakan sesuatu yang unik karena sebelumnya banyak dari kita yang tak begitu mengetahui karakteristik mereka.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB