Selama Lockdown, Begini Perbedaan Kualitas Udara di Dunia

Nitrogen dioksida adalah gas yang dipancarkan dari kendaraan dan pembangkit listrik saat membakar bahan bakar.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 14 Juni 2020 | 06:45 WIB
Ilustrasi Bumi. (pexels/pixabay)

Ilustrasi Bumi. (pexels/pixabay)

Hitekno.com - Pandemi COVID-19 telah melanda dunia hingga menyebabkan banyak negara melakukan pembatasan aktivitas di luar ruangan atau lockdown. Selama banya yang melakukan lockdown, adakah dampak pada kualitas udara di dunia?

Badan Antariksa Eropa (ESA) membuat peta online untuk publik yang dapat melacak polusi di seluruh dunia, termasuk perubahan kualitas udara yang diamati selama lockdown karena pandemi virus Corona (Covid-19).

Peta ini menggunakan data dari satelit Copernicus Sentinel-5P milik ESA, yang diluncurkan pada tahun 2017 untuk memetakan polutan global dengan menggunakan instrumen Tropomi yang mendeteksi "sidik jari unik" dari gas atmosfer untuk mencitrakan polutan udara secara akurat dan pada resolusi yang lebih tinggi.

Baca Juga: Langit Jakarta Semakin Membiru saat Lebaran, Bukti Kualitas Udara Membaik?

Pada skala global, peta ini menunjukkan konsentrasi nitrogen dioksida rata-rata selama 14 hari, menyoroti pengurangan drastis konsentrasi di banyak daerah.

Nitrogen dioksida adalah gas yang dipancarkan dari kendaraan dan pembangkit listrik saat membakar bahan bakar.

Menghirup udara dengan konsentrasi nitrogen dioksida tinggi dapat mengiritasi sistem pernapasan manusia dan menyebabkan asma, batuk, serta kesulitan bernapas.

Baca Juga: Dikenal Punya Tingkat Polusi Tertinggi, Kualitas Udara India Membaik

Ketika nitrogen dioksida berinteraksi dengan air, oksiden, dan bahan kimia lainnya, gas ini dapat membentuk hujan asam yang dapat merusak ekosistem.

Konsentrasi nitrogen dioksida global dapat sangat bervariasi setiap hari karena fluktuasi tingkat emisi atau kondisi cuaca yang berubah.

Ilustrasi polusi udara. (Pixabay)
Ilustrasi polusi udara. (Pixabay)

Citra satelit dari Maret 2020 menunjukkan adanya penurunan tingkat nitrogen dioksida yang berkelanjutan di China sejak awal tahun, sebagian karena perlambatan ekonomi akibat wabah virus Corona.

Baca Juga: BMKG: Kualitas Udara di Jakarta Semakin Baik Karena PSBB

Tetapi sekarang, terjadi peningkatan nitrogen dioksida di wilayah ini karena pemerintah mulai mencabut aturan lockdown.

"Sekarang langkah-langkah mitigasi Covid-19 sedang santai di banyak negara, konsentrasi nitrogen dioksida meningkat. Di China, ini membawa konsentrasi nitrogen dioksida kembali ke level normal," tulis ESA, seperti dikutip dari IFL Science pada Sabtu (13/6/2020).

Sementara di seluruh Eropa, pengurangan dalam konsentrasi nitrogen dioksida diamati antara Maret dan April tahun ini di beberapa kota besar, di antaranya Paris, Madrid, dan Roma.

Baca Juga: Lagi, WHO Tegaskan Virus Corona Tidak Menyebar Lewat Udara

India sendiri mengalami penurunan tingkat polusi di beberapa kota sebanyak 50 persen sebagai dampak lockdown karena virus Corona.

ESA menyimpulkan bahwa pemantauan kualitas udara di Eropa dan di seluruh dunia adalah sesuatu yang penting dalam konteks perubahan kualitas udara, terutama yang berkaitan dengan lockdown global terkait dengan Covid-19.

Itulah laporan terbaru kualitas udara dari ESA selama banyak negara melakukan lockdown untuk mengahadapi pandemi ini. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB