Lebih dari 100 Tahun Hilang, Spesies Kadal Bertanduk Ditemukan Ilmuwan

Harpesaurus modiglianii pertama kali ditemukan pada tahun 1891.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Kamis, 18 Juni 2020 | 08:15 WIB
Spesies kadal bertanduk Modigliani. (Journal of Asian Biodiversity/ C.A Putra)

Spesies kadal bertanduk Modigliani. (Journal of Asian Biodiversity/ C.A Putra)

Hitekno.com - Sempat hilang dalam catatan sains selama 129 tahun, spesies kadal bertanduk akhirnya ditemukan kembali oleh ilmuwan. Hewan tersebut pertama kali ditemukan oleh penjelajah asal Italia bernama Elio Modigliani pada sebuah hutan di Indonesia.

Kadal yang tampak aneh ini akhirnya dicatat sebagai spesies baru dan diberi nama Harpesaurus modiglianii.

Ilustrasi kadal bertanduk di hidungnya pertama kali dibuat pada tahun 1933 berdasarkan spesies kadal asli yang ditemukan pada tahun 1891.

Baca Juga: Spesies Baru Kadal Buaya Ditemukan, Punya Kulit Gelap dengan Mata Lebar!

Sejak saat itu, spesies dalam bentuk hidup belum pernah terdeteksi kembali oleh ilmuwan.

Pada Juni 2018, Chairunas Adha Putra, ahli biologi hewan liar asal Indonesia melalukan survei spesies burung di daerah pegunungan sekitar Danau Toba, Sumatera Utara.

Spesies kadal bertanduk Modigliani. (Journal of Asian Biodiversity/ C.A Putra)
Spesies kadal bertanduk Modigliani. (Journal of Asian Biodiversity/ C.A Putra)

Di dekat Danau, Putra menemukan spesimen yang dianggap sebagai "kadal mati dengan fitur morfologi menarik".

Baca Juga: Dinamai Mirip Karakter Harry Potter, Spesies Baru Ular Punya Warna Eksotis

"Putra telah menemukan 'kadal mati' bermorfologi menarik, tetapi ia tidak yakin apa itu," kata Amarasinghe, yang kemudian meminta ahli biologi untuk mengirim spesimen ke Jakarta.

Penemuan mengenai spesies kadal hidung bertanduk telah diterbitkan di The Journal of Asian Biodiversity.

Kadal yang mencolok itu, secara mengejutkan, ditandai oleh tanduk yang menjulur dari hidungnya.

Baca Juga: Punya Warna Unik, Spesies Baru Iguana Ditemukan Ilmuwan

Setelah menemukannya, Putra langsung menyerahkannya kepada herpetologis bernama Thasun Amarasinghe dari Research Center for Climate Change Universitas Indonesia.

Spesies kadal bertanduk Modigliani ketika ditemukan 120 tahun lalu. (Genoa Museum via Journal of Asian Biodiversity)
Spesies kadal bertanduk Modigliani ketika ditemukan 120 tahun lalu. (Genoa Museum via Journal of Asian Biodiversity)

"Ini adalah satu-satunya spesies kadal hidung bertanduk yang ditemukan di Sumatera Utara," kata Amarasinghe kepada Science News.

Dikutip dari IFLScience, spesimen langsung dikirim ke Jakarta dan Putra diminta untuk kembali ke Sumatera Utara di mana ia menemukan kadal mati.

Baca Juga: Mengerikan, Cacing Zombie Ini Bisa Memangsa Paus di Laut Dalam

Setelah lima hari pencarian, dia akhirnya menemukan Harpesaurus modiglianii lainnya dalam versi yang masih hidup.

Kali ini kadal hidung bertanduk (nose-horned dragon lizard) berbaring di ranting rendah sehingga Putra bisa mengabadikan gambarnya.

Dia juga mengamati perilakunya sebelum akhirnya melepaskannya di malam yang sama.

"Seni kayu dan cerita rakyat suku Batak (penduduk asli asli daerah tersebut Sumatera Utara) menunjukkan bahwa kadal memiliki tempat khusus dalam mitologi masyarakat. Tetapi sama sekali tidak ada laporan sama sekali tentang spesies ini," kata Amarasinghe menambahkan.

Sama seperti bunglon, spesies kadal bertanduk ini bisa berubah warna ketika terancam.

Hewan ini dapat berubah warna menjadi oranye kecokelatan sesuai dengan warna pohon sekitarnya.

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB