10 Mitos Gerhana Matahari Cincin dari Berbagai Negara
Fenomena gerhana Matahari cincin yang terjadi pada 21 Juni mendatang ini bisa diamati di beberapa kota di Indonesia.
Agung Pratnyawan
Posted: Kamis, 18 Juni 2020 | 11:11 WIB
Gerhana Matahari Cincin. (Shutterstock)
Hitekno.com - Fenomenagerhana Matahari cincin dan fenomena-fenomena lagit lainnya telah menjadi perhatian manusia sejak dulu. Bahkan dari berbagai penjuru Bumi ada mitos terkait kejadian tersebut.
Dahulu, kemunculan gerhana Matahari menyebabkan rasa takut bagi manusia sehingga dikaitkan dengan berbagai mitos, legenda, dan takhayul.
Dalam banyak budaya, mitos seputar gerhana Matahari melibatkan tokoh-tokoh mitos yang memakan atau mencuri Matahari sehingga menghilang dari langit.
Lainnya menafsirkan peristiwa itu sebagai tanda dewa yang marah atau bertengkar. Nah, berbincang soal gerhana, peristiwa gerhana Matahari cincin bakal terjadi sebentar lagi.
Fenomena gerhana Matahari cincin yang terjadi pada 21 Juni mendatang ini bisa diamati di beberapa kota di Indonesia. Menurut In the Sky, wilayah Indonesia yang beruntung hanya Indonesia bagian utara, seperti Aceh hingga Papua.
Namun, porsi gerhana Matahari cincin di Indonesia pun tidak besar, paling besar hanya 33 persen di Maluku utara dan Papua barat.
Dilansir dari Time and Date, berikut sepuluh mitos tentang gerhana Matahari cincin yang berasal dari seluruh dunia:
Di Vietnam, orang-orang percaya bahwa gerhana Matahari disebabkan oleh katak raksasa yang melahap Matahari, sementara budaya Nose menyalahkan serigala karena memakan Matahari.
Di China kuno, masyarakatnya percaya bahwa seekor naga langit telah memakan Matahari sebagai makan siang dan menyebabkan gerhana Matahari. Faktanya, huruf China yang digunakan untuk gerhana, yaitu chih atau shih memiliki arti makan.
Menurut mitologi Hindu kuno, Rahu merupakan salah satu asura yang mencoba mendapatkan minuman keabadian atau tirta amerta. Kelicikannya membuat dia dipenggal oleh Dewa Wisnu. Kepalanya mengembara di angkasa, sambil mengejar Surya dan Candra, sebagai pembalasan atas pengaduan mereka kepada Wisnu, sehingga menciptakan gerhana. Di kalangan masyarakat Hindu di Bali, Rahu disebut Kala Rau. Ia diyakini sebagai penyebab terjadinya gerhana.
Cerita rakyat Korea termasuk di Korea Selatan menyebut bahwa gerhana Matahari terjadi karena anjing-anjing mistis berusaha mencuri Matahari.
Secara tradisional, orang-orang di berbagai budaya akan berkumpul untuk menggedor panci dan wajan sehingga menciptakan suara keras selama gerhana Matahari terjadi. Dipercaya membuat suara keras akan menakut-nakuti setan yang menyebabkan gerhana.
Mitos gerhana Matahari di Amerika menyebut bahwa Pomo, kelompok masyarakat adat yang tinggal di Amerika Serikat bagian barat laut, menceritakan kisah seekor beruang yang memulai pertarungan dengan Matahari dan menggigitnya. Menariknya, setelah menggigit Matahari, disebutkan dalam cerita beruang itu bertemu Bulan dan juga menggigit Bulan sehingga menyebabkan gerhana Bulan. Kisah ini mungkin menjadi cara masyarakat Pomo menjelaskan mengapa gerhana Matahari terjadi sekitar 2 minggu sebelum atau setelah gerhana Bulan.
Orang Yunani kuno percaya bahwa gerhana Matahari adalah pertanda dewa-dewa yang marah dan dikaitkan sebagai awal dari bencana dan kehancuran.
Suku Tewa dari New Mexico percaya bahwa gerhana Matahari menandakan Matahari yang sedang marah dan meninggalkan langit untuk pergi ke rumahnya di dunia bawah.
Menurut cerita rakyat dari suku Inuit, dewi Matahari Malina pergi setelah berkelahi dengan dewa Bulan Anningan. Gerhana Matahari terjadi ketika Anningan berhasil menyusul kakaknya.
Orang-orang dari suku Tammari atau Batammaliba, yang bermukim di Benin dan Togo, menggunakan peristiwa gerhana Matahari sebagai momen untuk memberi pelajaran. Menurut legenda mereka, gerhana Matahari menunjukkan bahwa Matahari dan Bulan sedang bertengkar dan satu-satunya cara untuk menghentikan gerhana adalah orang-orang Tammari harus menyelesaikan semua konflik satu sama lain.
Itulah 10 mitos gerhana Matahari cincin dari berbagai penjuru Bumi. Ternyata fenomena ini telah jadi perhatian manusia sejak dulu kala. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).