Secara Sains, Ternyata Begini Rasanya Patah Hati

Jangan disepelehkan, jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, broken heart syndrome dapat berpengaruh pada penyakit jantung yang lebih serius.

Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia

Posted: Jum'at, 19 Juni 2020 | 14:30 WIB
Ilustrasi patah hati. (Unsplash/Andrik Langfield)

Ilustrasi patah hati. (Unsplash/Andrik Langfield)

Hitekno.com - Kalau kamu sudah siap jatuh cinta tentu sudah siap juga dengan yang namanya patah hati. Patah hati pada umumnya sangat menyakitkan hingga berpengaruh pada kehidupan pribadimu. Lalu, secara sains, bagaimana rasanya patah hati?

Patah hati terasa menyakitkan biasanya karena terlalu banyak kenangan bersama orang tersebut atau yang bisa disebut sebagai mantan pasangan. Tiba-tiba memilih mengakhiri hubungan, jelas saja meninggalkan banyak kenangan yang menjadi kebiasaan.

Kebiasaan bersama yang tiba-tiba berubah ini yang lalu membuatmu merasa sangat sakit ketika menghadapi patah hati. Secara sains, fenomena satu ini punya penjelasan khusus lho.

Baca Juga: Belum Pernah Ditemukan, Ilmuwan Deteksi Molekul Organik Baru di Bimasakti

Melansir dari Mayo Clinic, rasa sakit hati karena patah hati disebut sebagai broken heart syndrome. Kondisi ini terjadi pada jantung dan area dada. Saat patah hati yang hebat, kamu akan merasakan sakit di dada dan sulit bernafas akibat beban pikiran.

Jangan disepelehkan, jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, broken heart syndrome dapat berpengaruh pada penyakit jantung yang lebih serius.

Ilustrasi pasangan bertengkar. (unsplash/Eric Ward)
Ilustrasi. (unsplash/Eric Ward)

Mengutip Metro.co.uk, dalam penelitian yang dilakukan Wake Forest University, North Carolina, Amerika Serikat, disebutkan bahwa patah hati dapat menimbulkan jerawat, keram perut, hingga nyeri otot.

Baca Juga: Lebih dari 100 Tahun Hilang, Spesies Kadal Bertanduk Ditemukan Ilmuwan

Secara psikologi, pendapat lain menyebutkan bahwa patah hati dapat mempengaruhi otak seseorang. Hal ini karena reaksi yang dikeluarkan otak saat patah hati sama dengan reaksi otak pecandu kokain dan opium ketika sedang sakau.

Dampak buruk patah hati pada otak rupanya sangat buruk. Hal ini dapat mempengaruhi cara berpikir. Efek patah hatipun tidak sementara dan terjadi dalam waktu yang sangat lama.

Ilustrasi sedih. (pexels/Pluetoe)
Ilustrasi. (pexels/Pluetoe)

Untuk terhindar dari broken heart syndrome, para ilmuwan menyarankan untuk tidak lagi mengingat-ingat mantan kekasih. Membatasi pemikiran tentang hal ini dapat membantu memulihkan kamu dari broken heart syndrome.

Baca Juga: Kerangka Manusia Prasejarah Ditemukan Ilmuwan Terkubur di Sarang Beruang

Tidak lagi bisa dianggap sepele, ternyata secara sains, patah hati memberikan efek luar biasa pada tubuh dan kondisi otak seseorang. Jadi, sebelum mengakhiri hubungan, pastikan kamu siap dengan konsekuensinya ya.

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB