Catat Suhu Terpanas, Lingkaran Arktik Capai 38 Derajat

Badan meteorolog mengatakan jika catatan suhu tersebut 18 derajat celcius lebih panas dari biasanya selama tahun ini.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Selasa, 23 Juni 2020 | 14:30 WIB
Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Ilustrasi cuaca panas. (pixabay/stux)

Hitekno.com - Tercatat hingga 38 derajat celcius, lingkaran Arktik kini berada di tengah gelombang panas. Badan meteorolog mengatakan jika catatan suhu tersebut 18 derajat celcius lebih panas dari biasanya selama tahun ini. 

Kota Siberia kecil Verkhoyansk mengalami suhu siang hari yang tinggi, yang menjadi rekor di dalam Lingkaran Arktik. Biasanya, kota tersebut memiliki suhu tertinggi selama musim panas sekitar 20 derajat celcius.

Sebelumnya, para ilmuwan mengatakan bahwa suhu panas ini tidak akan terlihat dalam Lingkaran Arktik hingga 2100. Tapi, lonjakan ini disebabkan oleh kombinasi pola cuaca alami dan perubahan iklim akibat ulah manusia.

Baca Juga: Bak Iklan Profesional, Video Tutorial Memasak Ini Cuma Modal HP

"Kemungkinan suhu terpanas yang pernah tercatat di Arktik terjadi hari ini. Apa yang terjadi di Siberia tahun ini sungguh luar biasa. Untuk perspektif, Miami hanya mencapai 100F (38C) sebanyak satu kali," tulis ahli cuaca CBS, Jeff Beradelli melalui akun Twitternya dilansir dari Metro.co.uk, Selasa (23/6/2020).

Siberia Barat rata-rata 10 derajat celcius lebih panas pada Mei ini daripada biasanya. Pada 23 Mei, kota Siberia, Khatanga, mencatat rekor tertinggi 25 derajat celcius. Rekor sebelumnya untuk kota ini hanya 11 derajat celcius. Sementara merkuri di Nizhnyaya Pesha, di ujung utara Rusia, mencapai 30 derajat celcius pada awal Juni.

Lingkaran Arktik terjadi pencairan volume es 50 persen selama empat dekade terakhir. Artinya, lebih banyak permukaan bumi ditutupi oleh lautan daripada es ringan, yang berarti lebih banyak panas diserap.

Baca Juga: 3 Berita Terpopuler: Gelaran WWDC 2020 dan Keanehan di Mangkok Sup

Periode 12 bulan terakhir cocok dengan rekor terpanas dan mendekati 0,7 derajat celcius lebih hangat dari rata-rata, kata Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) UE.

Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]
Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]

Menurut Copernicus Atmosphere Monitoring Service, musim panas lalu, Siberia mengalami kebakaran hebat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kondisi lebih hangat dan lebih kering sehingga api bertahan cukup lama.

Pada April lalu, sebuah laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia PBB mengkonfirmasi bahwa lima tahun terakhir telah menjadi rekor terpanas di dunia.

Baca Juga: Malah Ikutan Pose, Ini Momen Kocak Ojol Gangguin Sesi Foto di Jalan

Laporan keadaan iklim periode 2015-2019 menemukan bahwa kenaikan permukaan laut semakin cepat. Es laut Arktik, gletser, dan lapisan es terus menurun, telah terjadi penurunan tiba-tiba di es laut Antartika, dan lebih banyak panas yang terperangkap di lautan, membahayakan kehidupan di sana, sementara gelombang panas dan kebakaran hutan menjadi risiko yang semakin besar.

Temuan ini didasarkan pada analisis yang dihasilkan komputer menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat dan stasiun cuaca di seluruh dunia, kata C3S.

Penemuan ini merupakan hasil dari analisis komputer menggunakan miliaran pengukuran dari satelit, kapal, pesawat hingga stasiun cuaca di seluruh dunia. (Suara.com/Dythia Novianty)

Baca Juga: Fakta Mengerikan di Balik Salju Darah Antarktika, Harus Tahu!

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB