WWF Sebut Rusaknya Hubungan Manusia dan Alam Dapat Picu Pandemi Lain

Sebagian besar wabah penyakit utama di dunia dalam beberapa dekade terakhir berasal dari hewan yang tidak hidup bersama manusia.

Agung Pratnyawan

Posted: Rabu, 24 Juni 2020 | 06:00 WIB
Ilustrasi Bumi. (pexels/pixabay)

Ilustrasi Bumi. (pexels/pixabay)

Hitekno.com - World Wide Fund for Nature (WWF) menyampaikan rusaknya hubungan manusia dengan alam dapat memicu pandemi lain di masa depan.

Hal ini tertuang dalam laporan baru berjudul Covid-19: Seruan Mendesak untuk Melindungi Manusia dan Alam.

Konservasi NGO berpendapat bahwa eksploitasi satwa liar dan sistem pangan yang tidak berkelanjutan di Bumi, berisiko memunculkan penyakit zoonosis baru yang disebabkan oleh patogen yang melompat dari hewan ke manusia, dengan risiko lebih tinggi dari sebelumnya.

Baca Juga: WWF-Indonesia Gunakan Cloud AWS untuk Program Penyelamatan Orangutan

Sebagian besar wabah penyakit utama di dunia dalam beberapa dekade terakhir, termasuk Covid-19, SARS, MERS, Ebola, Zika, Nipah, HIV, flu babi, dan flu burung adalah penyakit zoonosis yang berasal dari hewan yang tidak hidup bersama manusia.

Hubungan manusia dengan lingkungan dan satwa liar saat ini sangat meningkatkan jumlah peluang menularnya patogen kepada manusia.

Laporan tersebut menyebut bahwa penyakit zoonosis baru muncul pada tingkat yang mengkhawatirkan, sebagian besar disebabkan oleh eksploitasi manusia terhadap lingkungan dan satwa liar.

Baca Juga: Menyimpan Banyak Misteri, Ini 5 Objek Teraneh di Alam Semesta

Sebagian besar peningkatan risiko terkait dengan sistem pangan Bumi saat ini. Pertama, deforestasi dan konversi lahan skala besar untuk pertanian meningkatkan interaksi antara satwa liar, ternak, dan manusia.

WWF. [Shutterstock]
WWF. [Shutterstock]

Sebagai contoh, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports pada 2017 menemukan bahwa deforestasi yang luas di Afrika Barat dan Tengah, sangat meningkatkan kontak antara manusia dan spesies inang potensial Ebola, seperti kelelawar buah dan primata. Hal ini mengarah pada potensi yang lebih besar untuk penyebaran virus dari inang ke manusia.

Kedua, perdagangan pangan global dan standar keamanan pangan yang buruk menimbulkan adanya potensi paparan yang tinggi selama praktik perdagangan, penanganan, dan persiapan.

Baca Juga: Kolaborasi dengan WWF, Google Rayakan Halloween dengan Pintu Misterius

"Kita harus segera mengenali hubungan antara perusakan alam dan kesehatan manusia, atau kita akan segera melihat pandemi berikutnya. Kita harus bekerja dengan alam, bukan menentangnya," ucap Marco Lambertini, Direktur Jenderal WWF Internasional, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (23/6/2020).

Untuk mengatasi masalah ini, laporan WWF mendesak pemerintah untuk berkomitmen pada "Kesepakatan Baru untuk Alam dan Manusia" demi memulihkan alam pada 2030 untuk kepentingan semua orang di Bumi.

Hal itu akan melibatkan banyak perubahan, seperti menghentikan konversi lahan dan deforestasi untuk pertanian, serta perlindungan yang lebih besar terhadap penghentian perdagangan satwa liar yang ilegal dan tidak diatur.

Baca Juga: Lima Hal Langka dan Aneh yang Ditemukan di Alam, Bikin Geleng Kepala

Pemandangan sekitar Benteng Jepang, Sabang. (Suara.com/Silfa Humairah)
Pemandangan sekitar Benteng Jepang, Sabang. (Suara.com/Silfa Humairah)

Laporan ini juga menyerukan paket stimulus dan investasi publik untuk membantu mengurangi kemiskinan dan membantu transisi masyarakat lokal sambil melindungi mata pencaharian, hak, dan budaya mereka.

Sebagian besar dari perubahan tersebut akan bergantung pada perubahan global sistemik yang mendasar karena hubungan yang sangat saling terkait antara masalah lingkungan, krisis kesehatan, budaya, dan ekonomi global.

WWF menyebut respons lintas sektor diperlukan dalam perubahan ini, seperti mempromosikan sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan efisien, mendorong pola makan yang lebih sehat, hingga mengurangi kelebihan produksi dan konsumsi.

Itulah laporan terbaru WWF yang memperingatkan rusaknya hubungan manusia dengan alam bisa memicu adanya pandemi lain di masa depan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB