Diprediksi Hujan Ekstrem dan Panas Akan Lebih Sering Terjadi

Fenomena alam ini bersamaan dengan suhu Bumi yang terus mulai menjadi hangat.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Rabu, 08 Juli 2020 | 17:11 WIB
Hujan/Pixabay

Hujan/Pixabay

Hitekno.com - Adanya pembaruan global dari data lebih dari 36.000 stasiun cuaca di seluruh dunia, mengkonfirmasi jika peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas dan hujan lebih sering terjadi dan lebih lama. 

Fenomena alam ini bersamaan dengan suhu Bumi yang terus mulai menjadi hangat. 

Penelitian ini didasarkan pada set data yang dikenal sebagai HadEX dan menganalisis 29 indeks cuaca ekstrem, termasuk jumlah hari di atas suhu 25 derajat Celcius atau di bawah nol (0) derajat Celcius, serta hari kemarau berturut-turut dengan kurang dari 1 mm hujan.
Pembaruan terbaru ini membandingkan tiga dekade antara 1981 dan 2010 dengan 30 tahun sebelumnya, yaitu pada 1951 dan 1980.

Baca Juga: Pengujian Internal 3 Indonesia: Jalan-jalan Virtual Cuma Butuh Kuota 30 MB

Secara global, indeks paling jelas menunjukkan peningkatan jumlah hari dengan suhu hangat di atas rata-rata.

Untuk wilayah Australia, tim ahli menemukan peningkatan ekstrem dan gelombang suhu panas tinggi serta penurunan di sebagian besar wilayah dengan suhu dingin ekstrem. Secara garis besar, curah hujan ekstrem telah meningkat di barat dan menurun di timur, tetapi tren bervariasi berdasarkan musim.

Hari-hari dengan suhu hangat yang tidak biasa menjadi lebih umum di Australia. Ketika para ahli membandingkan pada 1981-2010 dengan 1951-1980, peningkatannya lebih dari 20 hari per tahun di ujung utara Australia dan setidaknya 10 hari per tahun di sebagian besar wilayah selain pantai selatan. Peningkatan terjadi di semua musim, tetapi terbesar di musim semi.

Baca Juga: Pinggang Artis Korea Seo Ye Ji Bikin Salfok, Ini 5 Komentar Kocak Netizen

Peningkatan suhu ekstrem ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama bagi orang lanjut usia dan orang yang memiliki kondisi medis tertentu.

Suhu panas berlebih tidak hanya menjadi masalah bagi orang-orang yang tinggal di kota, tetapi juga bagi masyarakat pedesaan yang telah terpapar dengan suhu di atas 50 derajat Celcius.

Sementara di Selandia Baru, daerah beriklim mengalami lebih banyak hari musim panas dan bagian utara sekarang bebas dari salju.

Baca Juga: Sharp Pecahkan Rekor Penjualan, Ini Strategi Mereka saat Pandemi

Warga Selandia Baru mengalami lebih banyak hari dengan suhu 25 derajat Celcius atau lebih. Stasiun iklim menunjukkan frekuensi hari-hari dengan suhu hangat yang tidak biasa telah meningkat dari 8 persen menjadi 12 persen dari 1950 hingga 2018, dengan rata-rata 19 hingga 24 hari setahun di atas 25 derajat Celcius di seluruh negeri.

Selama musim panas periode 2017-2018 dan 2018-2019, gelombang panas laut menyebabkan 32 dan 26 hari dengan suhu di atas 25 derajat Celcius secara nasional di Selandia Baru. Hal ini menyebabkan percepatan pencairan gletser di Pegunungan Alpen Selatan dan gangguan besar pada ekosistem laut.

Hari-hari dengan suhu panas yang ekstrem ini membuat es cepat mencair. Menurut data, antara 1950 dan 2018, hari-hari dengan suhu di bawah nol (0) derajat Celcius telah menurun di Selandia Baru, terutama di bagian utara yang sekarang telah bersih dari es, memungkinkan para petani di sana untuk menanam rumput subtropis.

Baca Juga: Potensi Cuaca Buruk, BMKG Keluarkan Peringatan Dini untuk Sejumlah Daerah

Pada saat yang sama, tanaman yang membutuhkan embun beku musim dingin untuk menghasilkan buah mengalami gagal panen atau hanya dapat ditanam dengan perawatan kimia yang mensimulasikan pendingin musim dingin.

Musim dingin di Australia. [Shutterstock]
Musim dingin di Australia. [Shutterstock]

Dilansir dari Science Alert, Rabu (8/7/2020), situasi di Australia lebih rumit. Di sebagian besar wilayah Australia utara dan timur, ada penurunan besar dalam jumlah malam dengan suhu dingin. Tetapi di bagian tenggara dan barat daya Australia, frekuensi beku masih stabil atau bahkan meningkat di beberapa tempat.

Curah hujan ekstrem juga semakin sering terjadi di bagian utara dan barat Australia, terutama di barat laut. Sedangkan di Selandia Baru, hari-hari berhujan memberikan kontribusi terhadap total curah hujan tahunan di bagian timur Pulau Utara.

Curah hujan dan suhu yang ekstrem bisa memiliki efek dramatis, seperti yang diketahui selama gelombang panas laut di Selandia Baru serta selama 1029 menjadi tahun terpanas di Australia. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB