Astronom Kembangkan Peta 3D Terbesar Alam Semesta, Cakup 2 Juta Galaksi

Hasil analisis terbaru berhasil membuat peta 3D dari 2 juta galaksi dan kuasar.

Agung Pratnyawan

Posted: Rabu, 22 Juli 2020 | 06:33 WIB
Ilustrasi galaksi dan alam semesta. (Pixabay/ Gerd Altmann)

Ilustrasi galaksi dan alam semesta. (Pixabay/ Gerd Altmann)

Hitekno.com - Para astronom berusaha melakukan pengukuran hingga pembuatan peta 3D terbesar alam semesta. Paling baru hasil analisis terbitan Sloan Digital Sky Survey (SDSS) yang menjadi terobosan baru terhadap kosmos.

Hasil analisis ini dilaporkan dalam 23 makalah, karya tersebut mengukur lebih dari 2 juta galaksi dan kuasar, menghasilkan peta tiga dimensi (3D) terbesar dari alam semesta.

Meskipun pengamatan sebelumnya telah memetakan galaksi terdekat ke Bimasakti dan melihat pada Cosmic Microwave Background (CMB), masih ada kesenjangan dalam data.

Baca Juga: Amati Korona Lubang Hitam, Astronom: Kini Meredup

"Kami tahu baik sejarah kuno alam semesta maupun sejarah ekspansi terakhirnya dengan cukup baik, tetapi ada kesenjangan yang menyulitkan dalam pertengahan 11 miliar tahun. Selama lima tahun, kami telah bekerja untuk mengisi kesenjangan itu dan kami menggunakan informasi itu untuk memberikan beberapa kemajuan paling besar pada kosmologi dalam dekade terakhir," kata Kyle Dawson, pemimpin tim astronom dari Universitas Utah, seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (21/7/2020).

Peta itu adalah pemahaman terbaik sejauh ini tentang laju ekspansi alam semesta sejak Big Bang. Penelitian itu menegaskan bahwa ekspansi alam semesta mulai melaju sekitar 6 miliar tahun yang lalu dan bergerak semakin cepat sejak itu. Perluasan ini diyakini disebabkan oleh zat hipotetis yang dikenal sebagai energi gelap.

Peta 3D alam semesta. [YouTube/@LASTRO_EPFL]
Peta 3D alam semesta. [YouTube/@LASTRO_EPFL]

"Secara keseluruhan, analisis terperinci dari peta eBOSS dan eksperimen SDSS sebelumnya kini telah memberikan pengukuran sejarah ekspansi paling akurat selama rentang waktu kosmik terluas. Studi-studi ini memungkinkan kita untuk menghubungkan semua pengukuran ini ke dalam cerita lengkap tentang alam semesta," tambah Will Percival dari University Waterloo, Survey Scientist eBOSS.

Baca Juga: Membentang di Alam Semesta, Astronom Temukan Dinding Galaksi Raksasa

Tingkat ekspansi alam semesta diberikan parameter yang dikenal sebagai Konstan Hubble. Dalam pekerjaan ini, tim ahli memperkirakan bahwa konstanta memiliki nilai 68 kilometer per detik per megaparsec, di mana megaparsec setara dengan 3,26 juta tahun cahaya.

Ini berarti bahwa jika dua galaksi terpisah satu megaparsec, keduanya akan tampak bergerak menjauh satu sama lain dengan kecepatan 68 kilometer per detik.

Nilai ini konsisten dengan pengukuran dari CMB tetapi tidak sesuai dengan pengukuran galaksi yang lebih dekat, yang menghasilkan laju sekitar 74 kilometer per detik per megaparsec. Ketegangan dalam kosmologi ini merupakan masalah yang masih membutuhkan solusi.

Baca Juga: Astronom Ini Deteksi Kemungkinan Adanya Lubang Hitam di Dekat Tata Surya

"Hanya dengan peta seperti milik kami, Anda dapat benar-benar mengatakan dengan pasti bahwa ada ketidakcocokan dalam Konstan Hubble. Peta terbaru dari eBOSS ini menunjukkannya dengan lebih jelas daripada sebelumnya," jelas Eva-Maria Mueller, ilmuwan yang memimpin analisis untuk menginterpretasikan hasil dari sampel SDSS lengkap dari University of Oxford.

Peta 3D alam semesta. [YouTube/@LASTRO_EPFL]
Peta 3D alam semesta. [YouTube/@LASTRO_EPFL]

Menurut para ahli, pencapaian pemetaan itu luar biasa dan lebih banyak kemungkinan yang akan datang. Sloan Foundation Telescope dan kembarannya di Las Campanas Observatory akan terus membuat penemuan astronomi memetakan jutaan bintang dan lubang hitam ketika objek langit itu berubah dan berevolusi dari waktu ke waktu.

Itulah hasil analisis baru dalam rangka membuat peta 3D alam semesta yang bisa mencakup jutaan galaksi. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Baca Juga: Bukan Satu, Astronom Deteksi 4 Objek Misterius di Antariksa

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB