Ilmuwan Pertama Kali Temukan Partikel Langka di Bawah Gunung Italia

Penemuan ini memberikan pemahaman bagi para ilmuwan untuk memahami reaksi nuklir yang memicu Matahari.

Dinar Surya Oktarini

Posted: Selasa, 28 Juli 2020 | 16:15 WIB
Ilustrasi matahari. (pixabay/3938030)

Ilustrasi matahari. (pixabay/3938030)

Hitekno.com - Partikel langka ditemukan para fisikawan untuk pertama kalinya, partikel sejenis fusi aneh yang diproduksi di dalam Matahari.

Partikel yang disebut neutrino yang diproduksi CNO melakukan perjalaman dari Matahari ke detektor yang terkubur dalam di bawah Gunung di Italia.

Penemuan ini memberikan pemahaman bagi para ilmuwan untuk memahami reaksi nuklir yang memicu Matahari.

Baca Juga: Alternatif Pengganti HP, Pelajar Ini Sekolah Online Pakai Handy Talky

"Dengan hasil ini, Borexino (eksperimen fisika partikel untuk mempelajari neutrino surya energi rendah) benar-benar telah membongkar dua proses yang mendorong kekuatan Matahari," kata Gioacchino Ranucci, fisikawan di Institut Nasional Italia untuk Fisika Nuklir di Milan, seperti dikutip dari Space.com, Selasa (28/7/2020).

Dua jenis reaksi fusi nuklir terjadi di inti Matahari. Pertama dan yang paling umum adalah fusi proton-proton, di mana proton berfusi untuk mengubah hidrogen menjadi helium. Para ilmuwan memprediksi reaksi seperti itu menghasilkan 99 persen energi Matahari.

Reaksi yang paling jarang, fusi nuklir yang terjadi melalui proses enam langkah yang disebut siklus CNO, di mana hidrogen menyatu menjadi helium menggunakan karbon (C), nitrogen (N), dan oksigen (O). Fusi proton dan siklus CNO menciptakan berbagai jenis neutrino, partikel subatom yang hampir tak bermassa dan dapat melewati materi biasa.

Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, Karyawan Google Work From Home Hingga Juli 2021

Fisikawan secara rutin mendeteksi neutrino yang diciptakan selama proses proton-proton. Namun pada 23 Juni, pada Pertemuan Virtual Neutrino 2020, para ilmuwan dari detektor Borexino Italia mengumumkan bahwa mereka telah mendeteksi neutrino surya yang diproduksi CNO untuk pertama kalinya.

Eksperimen Borexino bawah tanah di Laboratori Nazionali del Gran Sasso, dekat Kota L'Aquila, Italia, dirancang untuk mempelajari interaksi neutrino yang sangat langka tersebut.

Detektor Borexino terdiri dari tangki setinggi sekitar 18 meter yang berisi 280 ton cairan berkilau, yang memancarkan cahaya ketika elektron dalam cairan berinteraksi dengan neutrino. Kilatan terang, yang menunjukkan energi lebih tinggi, lebih cenderung berasal dari neutrino yang diproduksi CNO.

Baca Juga: Kaesang Ungkap Cara Pesan GoFood ke Istana, Netizen: Cari Promo Nggak Mas?

Terkubur jauh di bawah tanah dan berselubung dalam tangki air, tangki internal Borexino dilapisi dengan detektor sensitif yang sangat terisolasi dari radiasi latar belakang dari sinar kosmik yang ada di permukaan Bumi. Tanpa pelindung ini, sinyal lain akan menenggelamkan sinyal langka yang datang dari CNO neutrino.

Ilustrasi Neutrino. [Shutterstock]
Ilustrasi Neutrino. [Shutterstock]

Membandingkan pengamatan neurtino CNO dengan jumlah neutrino proton-proton yang diamati, akan membantu mengungkapkan seberapa banyak Matahari terdiri dari unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen seperti karbon, nitrogen, dan oksigen.

Hasil saat ini menunjukkan signifikasi lebih besar dari 5 sigma dengan tingkat kepercayaan lebih besar dari 99 persen, yang berarti hanya ada peluang 1 banding 3,5 juta bahwa sinyal diproduksi oleh fluktuasi secara acak, daripada proses CNO.

Baca Juga: Makhluk Ini Dikira Bisa Hidup di Dekat Matahari, Ilmuwan Angkat Bicara

Terdiri dari para ilmuwan dari Italia, Perancis, Jerman, Polandia, Rusia dan tiga universitas dari Amerikat Serikat, Princeton, Virginia dan University of Massachusetts di Amherst.(Suara.com/Lintang Siltya Utami)

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB