Ditemukan Bahan Kimia Misterius di Kutub Utara, Diklaim Tahan Lama

Ilmuwan menemukan bahwa zat-zat yang lama dan baru muncul di sini memprihatinkan, tetapi penelitian telah memberikan wawasan baru tentang cara bahan kimia misterius ini beredar.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 31 Juli 2020 | 06:45 WIB
Lapisan es Arktik di Kutub Utara. (NASA)

Lapisan es Arktik di Kutub Utara. (NASA)

Hitekno.com - Para ilmuwan sedang dikagetkan dengan penemuan bahan kimia misterius di Kutub Utara. Yang diklaimpunya kecenderungan tahan lama.

Hasil penyelidikan sementara, diduga bahan kimia misterius ini bisa bertahan di lingkungan dalam waktu lama. Karena itu, para ilmuwan menyebutnya sebagai "bahan kimia selamanya",

Untuk pertama kalinya terdeteksi di air laut Kutub Utara, dan dikenal sebagai PFAS (per and polyfluoroalkyl substances).

Baca Juga: Ilmuwan Pertama Kali Temukan Partikel Langka di Bawah Gunung Italia

Bahan PFAS umumnya digunakan dalam banyak produk rumah tangga. Sementara efek PFAS pada kesehatan manusia masih diperdebatkan, bahan ini telah terdeteksi di masa lalu dalam makanan dan air minum, serta banyak saluran air.

Dalam kasus perairan Kutub Utara, para ilmuwan mendeteksi 29 PFAS berbeda yang masuk dan keluar dari Samudera Arktik dan yang mengkhawatirkan, satu senyawa disebut HFPO-DA yang seharusnya kurang persisten, telah diidentifikasi di perairan ini untuk pertama kalinya.

HFPO-DA (hexafluoropropylene oxide-dimer acid) pada awalnya dikembangkan sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dari PFAS yang disebut PFOA (perfluorooctanoic acid).

Baca Juga: Ilmuwan Ini Bagikan "Cara Mengontrol Mimpi", Begini Penjelasannya

Tetapi sekarang bahan ini sedang dalam pengawasan untuk kerusakan yang berpotensi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Global warming di Arktik, Kutub Utara. Sebagai ilustrasi [Shutterstock]
Global warming di Arktik, Kutub Utara. Sebagai ilustrasi [Shutterstock]

Ini adalah pertama kalinya HFPO-DA terbukti melakukan perjalanan jarak jauh dan muncul di Arktik.

Para ahli mengambil sampel air dari Selat Fram yang terletak di antara Svalbard dan Greenland, penghubung utama antara Samudera Arktik dan Samudera Atlantik.

Baca Juga: Lewat Cuitan Twitter, Ilmuwan Bisa Deteksi Tanda Awal Depresi

Ilmuwan menemukan bahwa zat-zat yang lama dan baru muncul di sini memprihatinkan, tetapi penelitian telah memberikan wawasan baru tentang cara bahan kimia misterius ini beredar.

"Profil kedalaman PFAS di Selat Fram menunjukkan bahwa pengetahuan tentang sirkulasi laut, stratifikasi vertikal dan lateral, serta proses pencampuran fisik sangat penting untuk memahami distribusi skala besar dan nasib PFAS," tulis para ilmuwan dalam makalah yang diterbitkan.

Tingkat PFAS yang lebih tinggi terdeteksi dalam air yang keluar dari Samudera Arktik dibandingkan dengan air mengalir dari Atlantik Utara, menunjukkan zat-zat ini datang melalui sumber-sumber di atmosfer daripada di laut.

Baca Juga: Mirip Rubah, Anjing Spesies Baru di Pegunungan Papua Kejutkan Ilmuwan

Ada lebih dari 5.000 PFAS dan beberapa dari bahan itu sebelumnya telah dikaitkan dengan penyakit hati dan kanker.

Karena itulah banyak dari bahan tadi telah dihapus dan tidak lagi digunakan di pabrik. Penelitian ini sendiri telah dipublikasikan dalam Environmental Science & ology.

Itulah penemuan bahan kimia misterius di air laut Kutub Utara. Para ilmuwan masih melakukan penyelidikan mendalam. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB