BMKG: Fenomena Embun Beku di Dieng karena Angin Dingin Australia

Menurut BMKG, fenomena yang terjadi pada musim kemarau iniakibat pengaruh angin monsun Australia yang dingin dan kering.

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 04 Agustus 2020 | 06:00 WIB
Salah satu objek wisata terkenal di Dieng, Candi Dieng. (Adam Iyasa/Suara.com)

Salah satu objek wisata terkenal di Dieng, Candi Dieng. (Adam Iyasa/Suara.com)

Hitekno.com - Fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng pun mendapatkan perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah. 

Menurut BMKG, fenomena yang terjadi pada musim kemarau ini akibat pengaruh angin monsun Australia yang dingin dan kering.

Koordinator BMKG Jawa Tengah Tuban Wiyoso di Magelang, Senin (3/8/2020) menjelaskan di Pulau Jawa saat kemarau ada angin monsun Australia yang sifatnya adalah dingin dan kering.

Baca Juga: 5 Fenomena Langit yang Bisa Diamati Agustus 2020, Jangan Sampai Terlewat

"Kemudian ketika kemarau kondisi langit cerah maka panas di permukaan bumi itu mudah terbuang karena tidak ada hambatan, maka akan dingin dan kering," katanya usai pembukaan Sekolah Lapang Iklim di Desa Jogoyasan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Ia menuturkan kalau udara kering menaiki pegunungan bertambah tinggi itu laju penurunan suhunya semakin cepat dibandingkan dengan udara basah.

Fenomena embun beku atau bun upas di Kompleks Candi Arjuna Dieng. [Dok. Aryadi Darwanto]
Fenomena embun beku atau bun upas di Kompleks Candi Arjuna Dieng. [Dok. Aryadi Darwanto]

"Jadi di daerah pegunungan asal ada udara yang naik itu dinginnya lebih cepat dibanding udara basah," katanya.

Baca Juga: 8 Tips Melihat Komet NEOWISE, Fenomena Langit Langka yang Jarang Terlihat

Tuban menyampaikan kombinasi tersebut menyebabkan di kawasan dataran tinggi Dieng saat musim kemarau bisa terjadi embun es atau embun beku.

"Jadi kombinasi antara angin yang bertiup dari Australia yang memang dingin dan kering plus topografinya yang tinggi. Setiap naik sekian meter suhu turun sekian derajat. Perbandingannya kalau udara kering itu turunnya satu derajat, kalau udara basah 0,65 derajat, berarti hampir dua kalinya turunnya suhu," katanya.

Saat memasuki musim kemarau di dataran tinggi Dieng, sering terjadi pembentukan es di permukaan bumi, penampakan kristal es pada tanaman, serta benda-benda lainnya tersebut oleh masyarakat sekitar peristiwa ini dinamakan "embun upas".

Baca Juga: Jangan Sampai Terlewat, Ini 5 Fenomena Langit Juli 2020

Akibat suhu lingkungan yang sangat dingin, titik-titik air (embun) yang telah terbentuk tersebut kemudian berubah menjadi kristal es.

Seiring matahari mulai terbit, embun beku perlahan mencair dan sebagian menjadi uap air lagi.

itulah penjelasan BMKG mengenai fenomena embun beku di dataran tinggi Dieng yang kerap terjadi. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

Baca Juga: Fenomena Aneh, Ada Hujan Berlian di Planet Neptunus dan Uranus

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB