Ledakan di Lebanon Disebut Ciptakan Awan Jamur, Apakah dari Nuklir?

Ilmuwan ini menjelaskan bahwa letusan yang ada berasal dari bahan kimia yang meledak.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Rabu, 05 Agustus 2020 | 08:45 WIB
Ledakan di Beirut Lebanon. (Twitter/ Hafidz_AR1924)

Ledakan di Beirut Lebanon. (Twitter/ Hafidz_AR1924)

Hitekno.com - Sebuah video yang beredar masif di media sosial mengenai ledakan besar di Lebanon dikaitkan netizen mirip bom atom atau ledakan nuklir. Ilmuwan dan ahli senjata nuklir menjelaskan bahwa ledakan tersebut belum tentu dan bukan dari bom atom.

Dalam sebuah cuitan yang mengumpulkan ribuan Like dan Retweet sebelum dihapus, seorang pengguna menulis: "Ya Tuhan. Media Lebanon mengatakan itu adalah pabrik kembang api. Tidak. Itu awan jamur. Itu atomik."

Dikutip dari Business Insider, Vipin Narang, yang mempelajari proliferasi dan strategi nuklir di Massachusetts Institute of ology, segera menolak klaim tersebut.

Baca Juga: Untuk Tinggal di Mars dan Bulan, Manusia Bisa Andalkan Tenaga Nuklir

"Aku mempelajari senjata nuklir, bukan, itu bukan dari nuklir," kata Vipin Narang.

Martin Pfeiffer, seorang kandidat PhD di Universitas New Mexico yang meneliti tentang senjata nuklir, juga menolak pernyataan di media sosial bahwa "nuklir" menyebabkan ledakan itu.

Perbandingan awan mirip jamur dari ledakan Beirut dan bom atom Nagasaki. (Kolase Wikipedia dan Twitter, via Popular Mechanics)
Perbandingan awan mirip jamur dari ledakan Beirut dan bom atom Nagasaki. (Kolase Wikipedia dan Twitter, via Popular Mechanics)

"Jelas bukan nuklir, itu api yang memicu bahan peledak atau bahan kimia," kata Martin Pfeiffer mengawali penjelasannya.

Baca Juga: Begini Sensasi Gema Suara di Menara Pendingin Nuklir, Netizen Auto Kagum!

Pfeiffer mengindikasikan bahwa ledakan itu tidak memiliki dua ciri dari ledakan nuklir yaitu "kilatan putih menyilaukan" dan gelombang panas yang sangat membakar kulit orang.

Ledakan besar tersebut memicu gelombang ledakan kuat yang rupanya menghancurkan jendela-jendela di Beirut.

Itu secara singkat terlihat sebagai awan yang mengembang seperti tempurung, sesuatu yang sering terlihat dalam rekaman bersejarah peledakan nuklir.

Baca Juga: Gapura Jepang Tahan Bom Atom dan Tsunami, Netizen Tanyakan Bahan Pembuatnya

Penjelasan dari Vipin Narang, seorang profesor di MIT. (Twitter/ NarangVipin)
Penjelasan dari Vipin Narang, seorang profesor di MIT. (Twitter/ NarangVipin)

Tetapi Pfeiffer mencatat awan gelombang ledakan seperti itu, yang dikenal oleh para peneliti senjata sebagai "Wilson Cloud," dibuat ketika udara lembab dikompresi dan menyebabkan air di dalamnya mengembun. Dengan kata lain: Mereka tidak "khas" untuk bom nuklir.

Sementara menurut kalkulasi dari Narang, ledakan Beirut itu setara dengan sekitar 240 ton TNT atau sekitar 10 kali lebih besar dari "Ibu Semua Bom " militer AS atau MOAB.

Baca Juga: Robert Oppenheimer, Ayah Bom Atom yang Menyesali Penemuannya

Sebaliknya, bom "Bocah Kecil" yang dijatuhkan AS di Hiroshima pada 1945 sekitar 1.000 kali lebih kuat, klaim penjelasan dari Narang.

Ilmuwan tersebut menjelaskan bahwa ledakan nuklir seperti yang diakibatkan oleh senjata Davy Crockett milik AS, diawali oleh kilatan putih. Semakin besar tenaga nuklir, maka kilatan putih semakin besar dan menyilaukan.

 

Kantor berita resmi Lebanon, NNA, melaporkan Ledakan tersebut terjadi di daerah pelabuhan kota di mana terdapat gudang-gudang yang menampung bahan peledak. Sementara sumber lain menyebut terdapat bahan kimia yang disimpan di daerah itu.

Dikutip dari Guardian, hingga dini hari tadi, korban meninggal akibat ledakan besar sebanyak 78 orang. Sementara 4.000 lainnya mengalami luka-luka, berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan Lebanon.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, mengatakan kemungkinan penyebab ledakan itu adalah 2.700 ton amonium nitrat. Diab mengumumkan hari berkabung nasional untuk para korban ledakan.

Pihak berwenang terkait masih menyelidiki ledakan besar di Lebanon sehingga dalam waktu dekat kita bisa melihat keterangan resmi dari mereka.

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB