Penjelasan BMKG Soal Fenomena Awan Berbentuk Tsunami di Aceh

BMKG menjelaskan kalau fenomena tersebut adalah awan arcus. Apa itu?

Agung Pratnyawan

Posted: Rabu, 12 Agustus 2020 | 12:30 WIB
Penampakan awan mirip tsunami di Aceh (Instagram/portalaceh)

Penampakan awan mirip tsunami di Aceh (Instagram/portalaceh)

Hitekno.com - Warga Aceh sempat dihebohkan dengan kemunculan awan mirip tsunami pada Senin (10/8/2020). BMKG pun menjelaskan fenomena di langit Meulaboh kemarin dengan memberekan sejumlah fakta.

Kepala Balai Besar Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan Edison Kurniawan mengatakan bahwa fenomena awan hitam memanjang yang terlihat seperti tsunami di Meulaboh, Aceh, dinamakan dengan awan arcus.

"Secara ilmiah dalam dunia Meteorologi, fenomena awan tersebut dinamakan dengan awan arcus (ref: cloud atlas World Meteorological Organization, WMO). Di mana fitur awan Arcus dapat ditemukan di antara jenis awan Cumulonimbus dan Cumulus," katanya dilansir dari Suara.com, Rabu (12/8/2020).

Baca Juga: BMKG: Dalam Sepekan, Sumba Sudah Diguncang 380 Kali Gempa

Edison mengatakan, awan arcus merupakan awan yang lazim terjadi, meskipun frekuensi kejadiannya jarang. Awan arcus memiliki tinggi dasar awan yang rendah, serta formasi pembentukannya horizontal memanjang seolah-olah seperti gelombang.

Fenomena awan arcus terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer disepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin, dengan massa udara yang lebih hangat serta lembab, sehingga membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang.

Penampakan awan mirip tsunami di Aceh (Instagram/portalaceh)
Penampakan awan mirip tsunami di Aceh (Instagram/portalaceh)

"Kondisi tersebut dapat terjadi, salah satunya karena adanya fenomena angin laut dalam skala yang luas mendorong massa udara ke arah daratan," katanya.

Baca Juga: Heboh Awan Mirip Gelombang Tsunami di Aceh, Ini Imbauan BMKG

Ia menyebutkan bahwa fenomena awan arcus ini dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir di sekitar pertumbuhan awan.

Keberadaan awan ini murni merupakan fenomena pembentukan awan yang terjadi akibat adanya kondisi dinamika atmosfer dan tidak ada kaitannya dengan potensi gempa atau tsunami maupun hal-hal mistis.

"Untuk itu masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi kondisi cuaca buruk dan dapat selalu mengupdate informasi cuaca dari BMKG," katanya.*

Baca Juga: Mengenal Awan Tsunami, Fenomena Alam yang Bikin Geger di Aceh

Seperti diketahui, penampakan awan tsunami itu terekam dalam kamera video amatir warga sekitar dan viral di media sosial. Salah satunya diunggah oleh akun Instagram @lintas_aceh.

Pemandangan langit kota Meulaboh (Twitter/masawep)
Pemandangan langit kota Meulaboh (Twitter/masawep)

Dalam video yang di ambil di tengah lautan itu, terlihat awan hitam menggulung di atas langit. Bagian atas awan tersebut terlihat putih mirip seperti ombak tsunami.

Penampakan awan tsunami tersebut sontak membuat warga khawatir. Mereka takut awan tersebut menjadi pertanda adanya bencana.

Baca Juga: BMKG: Fenomena Embun Beku di Dieng karena Angin Dingin Australia

Menurut salah seorang warga Meulaboh, kemunculan awan badai tersebut disertai dengan hujan deras dan angin kencang. Awan-awan di sekitar juga ikut menggelap.

Itulah penjelasan BMKG mengenai fenomena awan mirip tsunami yang terjadi di Aceh kemarin. (Suara.com/ Dythia Novianty).

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB