Hitekno.com - Selain bentuknya yang kecil, ternyata Pluto merupakan benda langit yang penuh kejutan. Planet katai atau planet kerdil ini bukanlah bebatuan mati di tepi Tata Surya, melainkan objek aktif secara geologis dengan atmosfer tipis.
Kemegahan dari Pluto terekam pada tahun 2015 dari wahana antariksa NASA, New Horizons.
Saat itu para astronom menjadi saksi betapa memukaunya atmosfer tipis dari Pluto.
Baca Juga: Hasil Penelitian Baru: Es Kutub Utara Diprediksi Hilang pada 2035
Para peneliti bingung apakah atmosfer itu permanen atau berubah seiring musim saat planet mengorbit Matahari.
Untuk waktu yang lama, diasumsikan bahwa ketika Pluto mendekati Matahari, es di planet katai berubah menjadi gas.
Ketika bergerak lebih jauh, partikel gas itu mengembun dan membeku sekali lagi.
Baca Juga: Akibat Gelombang Langit, Ilmuwan Ungkap Atmosfer Keluarkan Suara Begini
Namun, sebuah studi baru, yang diterbitkan di jurnal Science Direct Icarus, menunjukkan bahwa kenyataannya tidak demikian.
Menggunakan Observatorium Stratosfer untuk Astronomi Inframerah, atau SOFIA, para peneliti mempelajari atmosfer selama okultasi bintang.
Ketika Pluto lewat di depan sebuah bintang, SOFIA menggunakan cahaya bintang tersebut untuk mempelajari atmosfernya.
Baca Juga: Astronom Terpukau, Atmosfer Mars Pancarkan Cahaya Hijau Ini
Orbit Pluto ternyata jauh lebih berbentuk telur jika dibandingkan orbit Bumi.
Dalam perjalanannya selama 248 tahun mengelilingi Matahari, ia menghabiskan 20 tahun lebih dekat ke Matahari daripada Neptunus. Pergerakan terakhir yang terekam teleskop terjadi antara 1979 hingga 1999.
Kini planet bergerak ke orbit yang lebih dingin dan lebih jauh. Sejauh ini, atmosfer milik Pluto tampaknya tidak terpengaruh.
Baca Juga: Ditemukan Ledakan Cahaya Misterius di Atmosfer, Ini Penjelasan Ilmuwan
Dikutip dari IFLScience, data menunjukkan kekaburan di atmosfer dan tidak ada perubahan antara pengamatan pada tahun 2015 dan pengamatan dari tahun 2011 hingga 2013.
"Pluto adalah objek misterius yang terus-menerus mengejutkan kami. Ada petunjuk dalam pengamatan jarak jauh sebelumnya bahwa mungkin ada kabut, tetapi tidak ada bukti kuat untuk mengonfirmasi bahwa itu benar-benar ada sampai datanya didapatkan dari SOFIA. Sekarang kami mempertanyakan apakah atmosfer Pluto akan runtuh di tahun-tahun mendatang, ini mungkin lebih tangguh dari yang kami kira," kata Michael Person, direktur Wallace Astrophysical Observatory dari Massachusetts Institute of ology dalam rilis resminya.
Namun ilmuwan masih belum yakin apakah atmosfer Pluto akan runtuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, atau mungkin tidak sama sekali.
Kabut atmosfer terbuat dari partikel-partikel kecil dengan ketebalan sekitar 0,06-0,10 mikron. Ukuran partikel itu sekitar 1.000 kali lebih kecil dari rambut manusia.
Partikel ultra kecil tersebut membuat atmosfer Pluto menyebarkan cahaya biru yang terlihat indah.