Ilmuwan Coba Hitung Akhir dari Alam Semesta, Bisakah?

Ilmuwan mendiskripsikan jika alam semesta "mati", akan menjadi "tempat yang sedikit menyedihkan, sepi, dan dingin".

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 18 Agustus 2020 | 06:00 WIB
Ilustrasi galaksi di alam semesta. (Pixabay)

Ilustrasi galaksi di alam semesta. (Pixabay)

Hitekno.com - Matt Caplan, seorang ilmuwan dari  Illinois State University mencoba menghitung kapan akhir adari alam semesta. Ia juga menemukan kapan supernova terakhir akan terjadi.

Ia mendiskripsikan jika alam semesta "mati", akan menjadi "tempat yang sedikit menyedihkan, sepi, dan dingin". 

Dalam studi baru, ilmuwan ini menghitung bagaimana bintang mati bisa berubah seiring waktu dan menentukan kapan supernova terakhir akan meledak di masa depan.

Baca Juga: Astronom Kembangkan Peta 3D Terbesar Alam Semesta, Cakup 2 Juta Galaksi

"Akhir alam semesta dikenal sebagai 'kematian panas', di mana alam semesta sebagian besar akan menjadi lubang hitam dan bintang yang terbakar. Saya menjadi fisikawan karena satu alasan. Saya ingin memikirkan pertanyaan besar, seperti mengapa alam semesta ada dan bagaimana itu akan berakhir?" kata Matt Caplan, seperti dikutip Space.com, Senin (17/8/2020).

Studi baru, Caplan memprediksi masa depan ledakan bintang. Bintang masif meledak dalam supernova ketika besi menumpuk di intinya, terakumulasi dan memicu keruntuhan bintang.

Namun, bintang yang lebih kecil seperti katai putih tidak memiliki gravitasi dan kepadatan, untuk menghasilkan besi ini.

Baca Juga: Membentang di Alam Semesta, Astronom Temukan Dinding Galaksi Raksasa

Tetapi Caplan menemukan bahwa seiring berjalannya waktu, katai putih mungkin menjadi lebih padat dan menjadi bintang "katai hitam" yang dapat menghasilkan besi.

Ilustrasi alam semesta paralel. (Pixabay/ Gerd Altmann)
Ilustrasi alam semesta. (Pixabay/ Gerd Altmann)

"Saat katai putih mendingin selama beberapa triliun tahun ke depan, itu akan semakin redup, akhirnya membeku, dan menjadi bintang 'katai hitam' yang tidak lagi bersinar. Bintang bersinar karena fusi termonuklir dan itu cukup panas untuk menghancurkan inti kecil bersama-sama untuk membuat inti yang lebih besar, yang melepaskan energi," tambah Matt Caplan.

Ilmuwan ini mencatat bahwa fusi ini adalah kunci untuk membuat besi di dalam katai hitam dan memicu supernova jenis ini.

Baca Juga: Menyimpan Banyak Misteri, Ini 5 Objek Teraneh di Alam Semesta

Studi baru menunjukkan, berapa banyak besi katai hitam dengan ukuran berbeda yang perlu dibuat untuk meledak. Caplan menghitung bahwa yang pertama dari supernova katai hitam ini akan meledak dalam waktu sekitar 10 pangkat 1.100 tahun.

"Dalam beberapa tahun, ini seperti mengucapkan kata 'triliun' hampir seratus kali. Jika Anda menulisnya, itu akan memakan sebagian besar halaman," ucap ilmuwan tersebut.

Matt Caplan menemukan bahwa katai hitam paling masif akan meledak lebih dulu, diikuti oleh bintang yang semakin kecil hingga tidak ada yang tersisa dan diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 10 pangkat 3,200 tahun.

Baca Juga: Gunakan Gelombang Radio Cepat, Ilmuwan Ungkap Materi Hilang di Alam Semesta

"Sulit untuk membayangkan apapun yang terjadi setelah itu. Supernova katai hitam mungkin hal menarik terakhir yang terjadi di alam semesta. Mereka mungkin supernova terakhir yang pernah ada," kata Caplan.

Menurutnya, setelah supernova terakhir meledak, galaksi akan tersebar, lubang hitam akan menguap, dan perluasan alam semesta akan menarik semua objek yang tersisa sejauh ini, sehingga tidak ada yang akan melihat yang lain meledak.

Penelitian Matt Caplan ini telah diterbitkan pada 7 Agustus di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB