Setelah 50 Tahun, Spesies "Tikus Gajah" Ini Ditemukan Kembali oleh Ilmuwan

Ilmuwan memasang 1.000 perangkap untuk menemukan spesies langka ini.

Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta

Posted: Rabu, 19 Agustus 2020 | 18:30 WIB
Tikus gajah atau sengi Somalia. (Duke University Lemur Center/ Steven Heritage)

Tikus gajah atau sengi Somalia. (Duke University Lemur Center/ Steven Heritage)

Hitekno.com - Setelah sempat hilang dalam catatan ilmuwan selama 50 tahun terakhir, spesies "tikus gajah" atau elephant shrew ini ditemukan kembali oleh ilmuwan. Penemuan luar biasa tersebut sudah dipublikasikan di jurnal Biodiversity and Conservation.

Ada 20 spesies sengi di dunia, dan sengi Somalia (Elephantulus revoilii) adalah salah satu yang paling misterius.

Berkat perangkap berupa selai kacang dari ilmuwan, spesies hewan misterius ini berhasil muncul kembali.

Baca Juga: Tikus Ini Putuskan Terjun dari Lantai Atas, Endingnya Bikin Netizen Sedih

Tim memasang lebih dari 1.000 perangkap di 12 lokasi, memberi umpan pada perangkap dengan ramuan selai kacang, oatmeal, dan ragi.

Mereka menangkap salah satu makhluk itu dalam perangkap pertama yang dipasang di lanskap kering berbatu di Djibouti.

Para peneliti sedang memasang perangkap untuk tikus gajah. (Press Release Global Wildlife Conservation/ Steven Heritage)
Para peneliti sedang memasang perangkap untuk tikus gajah. (Press Release Global Wildlife Conservation/ Steven Heritage)

Sejumlah survei mamalia kecil sejak tahun 1970-an tidak menemukan sengi Somalia di Djibouti, Afrika sebelah timur.

Baca Juga: Tikus Tanpa Rambut Hidup di Bawah Tanah, Ilmuwan Ungkap Fakta Barunya

Penamaan "tikus gajah" memang cukup membingungkan dan membuat sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya.

Nama tradisional mereka dari Inggris adalah elephant shrew, sebuah makhluk seukuran tikus dengan hidung panjang yang mirip belalai gajah.

Awalnya, mereka dinilai masuk ke dalam klasifikasi tikus (keluarga Soricidae) dalam ordo Eulipotyphla.

Baca Juga: Kucing Ketakutan Ketemu Tikus Ukuran Jumbo, Bikin Netizen Bingung

Namun, pada tahun 1990-an analisis filogenetik menunjukkan bahwa tikus gajah tidak diklasifikasikan sebagai tikus sejati, tetapi sebenarnya lebih dekat hubungannya dengan gajah daripada tikus.

Pada tahun 1997, ahli biologi Jonathan Kingdon mengusulkan agar mereka disebut "sengis" (tunggal: sengi), sebuah istilah yang berasal dari bahasa Bantu di Afrika.

Baca Juga: Makan Tikus Hidup-hidup, Aksi Pria Ini Bikin Netizen Merasa Jijik

Sengi Somalia adalah salah satu dari 25 spesies yang paling dicari oleh Global Wildlife Conservation (GWC) dan merupakan yang paling tidak terkenal dari 20 spesies sengi di dunia.

Berdasarkan rilis resminya, peneliti telah memasang 1.000 perangkap, menemukan 12 tikus, dan analisis DNA mengungkapkan bahwa sengi Somalia sebenarnya adalah genus baru.

Para peneliti sedang memasang perangkap untuk tikus gajah. (Press Release Global Wildlife Conservation/ Houssein Rayaleh)
Para peneliti sedang memasang perangkap untuk tikus gajah. (Press Release Global Wildlife Conservation/ Houssein Rayaleh)

Dikutip dari IFLScience, ternyata klasifikasi hubungan mereka paling dekat dengan spesies sengi lainnya di Maroko dan Afrika Selatan.

Kini, penemuan ini memindahkan mereka dari genus Elephantulus ke genus baru bernama Galegeeska.

"Kami sangat senang dan gembira ketika kami membuka perangkap pertama yang di dalamnya ada seekor tikus gajah, sengi Somalia. Kami tidak tahu spesies mana yang terdapat di Djibouti dan ketika kami melihat ciri diagnostik dari ekor berumbai kecil, kami saling memandang dan kami tahu bahwa itu adalah sesuatu yang istimewa," kata Steven Heritage, ilmuwan dari Duke University Lemur Center kepada BBC.

Tikus gajah atau sengi Somalia (Elephantulus revoilii) juga termasuk hewan mungil yang unik karena memiliki kecepatan lari sekitar 30 kilometer per jam.

Berita Terkait
Berita Terkini

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB

Apa saja fitur canggih yang ada di CBR 150? Simak rinciannya di bawah ini....

sains | 12:12 WIB

Pertamina Foundation bersama Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan kerja sama rehabilitasi hutan "Hutan Pertamina UGM"...

sains | 14:04 WIB

Dengan memanfaatkan algoritma AI, perusahaan ini berhasil membuka jalan bagi pengembangan obat terobosan potensial....

sains | 16:10 WIB

Objek ini punya suhu jauh lebih tinggi daripada matahari walaupun tak begitu terang. Objek apa gerangan?...

sains | 16:22 WIB