Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi dari UGM, Diklaim Bisa Deteksi Sebelumnya

Sistem yang dikembangkan UGM ini bisa mendeteksi gempa bumi di beberapa wilayah.

Agung Pratnyawan

Posted: Minggu, 27 September 2020 | 18:00 WIB
Ilustrasi gempa bumi. (pixabay)

Ilustrasi gempa bumi. (pixabay)

Hitekno.com - Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta telah mengembangkan Early Warning System (WES) atau sistem peringatan dini yang bisa lebih awal medeteksi adanya gempa bumi

Bahkan sistem peringatan dini gempa bumi dari UGM ini diklaim bisa mendeteksi tiga hari sebelumnya. Sehingga lebih awal memberikan peringatan.

Dikutip dari laman ugm.ac.id, sistem mampu memprediksi terjadinya gempa dalam waktu satu hingga tiga hari sebelum bencana. Adapun wilayah prediksi adalah Sabang, di Pulau Weh, Aceh, sampai Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca Juga: Fathur Ketua BEM UGM Disamakan dengan Bowo TikTok, Netizen Komentar Begini

"Dari EWS gempa algoritma yang kami kembangkan, bisa diketahui satu sampai tiga hari sebelum gempa. Jika gempa besar di atas 6 SR, sekitar dua minggu sebelumnya alat ini sudah mulai memberikan peringatan," jelas Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D., Ketua tim riset Laboratorium Sistem Sensor dan Telekontrol Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM, pada Minggu (27/9/2020).

Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D menjelaskan sistem peringatan dini gempa yang dikembangkannya bersama tim, bekerja berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah sebagai anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi.

Apabila akan terjadi gempa di lempengan, akan muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah, yang meningkat secara signifikan. Demikian juga permukaan air tanah naik turun secara signifikan.

Baca Juga: Gara-gara Postingan Ini, Fathur Ketua BEM UGM Debut Jadi Selebgram?

"Dua informasi ini dideteksi oleh alat EWS dan akan segera mengirim informasi ke handphone saya dan tim. Selama ini informasi sudah bisa didapat dua atau hari sebelum terjadi gempa di antara Aceh hingga NTT," ungkapnya.

Ilustrasi gempa bumi (shutterstock).
Ilustrasi gempa bumi (shutterstock).

Sistem yang dikembangkan terdiri dari alat EWS yang tersusun dari sejumlah komponen seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengkondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, dan sumber daya listrik. Serta memanfaatkan teknologi Internet of Thing (IoT) di dalamnya.

Dia menyampaikan pada 2018 ia dan tim telah melakukan penelitian untuk mengamati konsentrasi gas radon dan level air tanah sebelum terjadinya gempa bumi. Pengamatan yang telah dilakukan kemudian dikembangkan sehingga dirumuskan dalam suatu algoritma prediksi sistem peringatan dini gempa bumi.

Baca Juga: UGM Manfaatkan GoSend Web Portal untuk Distribusi Sembako dan APD

Sistem ini terbukti telah mampu memprediksi terjadinya gempa bumi di berbagai lokasi, yaitu contohnya:

  • Barat Bengkulu M5,2 (28/8/2020)
  • Barat Daya Sumur-Banten M5,3 (26/8/2020)
  • Barat Daya Bengkulu M5,1 (29/8/2020)
  • Barat Daya Sinabang Aceh M5,0 (1/9/2020)
  • Barat Daya Pacitan M5,1 (10/9/2020)
  • Tenggara Naganraya-Aceh M5,4 (14/9/2020)

 

Early Warning System Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang terkoneksi ke ponsel [Dok. UGM].
Early Warning System Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang terkoneksi ke ponsel [Dok. UGM].

Sistem peringatan dini gempa ini telah digunakan untuk memprediksi gempa. Ada lima stasiun pantau/EWS yang tersebar di Derah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dalam setiap 5 detik mengirim data ke server melalui IoT.

Baca Juga: Ahli Vulkanologi UGM Peringatkan Potensi Letusan Gunung Slamet

"Lima stasiun EWS ini masih di sekitar DIY. Jika seandainya terpasang di antara Aceh hingga NTT, kami dapat memperkirakan secara lebih baik, yakni dapat memprediksi lokasi lebih tepat atau fokus," tambah Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D.

Ia menyatakan lebih lanjut bahwa sistem deteksi ini dikembangkan sebagai mekanisme membentuk kesiapsiagaan masyarakat, aparat, dan akademisi untuk mengurangi risiko bencana. Sebab, posisi Indonesia yang berada di tiga lempeng tektonik dunia menjadikannya rentan terjadi gempa bumi.

Sistem peringatan dini gempa bumi ini akan terus dikembangkan hingga mampu memprediksi waktu terjadinya gempa secara tepat, lokasi koordinat episentrum gempa hingga magnitudo gempa.

Pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi ini diharapkan dapat membantu aparat dan masyarakat dalam melakukan evaluasi penyelamatan penduduk lebih cepat.

Sistem informasi EWS yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada bekerja berdasarkan konsentrasi gas radon [Dok UGM].
Sistem informasi EWS yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada bekerja berdasarkan konsentrasi gas radon [Dok UGM].

Selain itu, juga bisa menjadi rekomendasi sistem instrumentasi untuk peringatan dini gempa bumi dan memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai prediksi gempa bumi sehingga selalu siap dan waspada terhadap bencana gempa bumi.

Itulah sistem peringatan dini gempa bumi yang dikembangkan UGM, diklaim bisa mendeteksi tiga hari sebelumnya. (Suara.com/ RR Ukirsari Manggalani).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB