Hasil Penelitian, Ini Fakta di Balik Bunga Seluruh Dunia Berubah Warna

Perubahan warna ini dalam rangka adaptasi pada perubahan lingkungan.

Agung Pratnyawan

Posted: Jum'at, 02 Oktober 2020 | 06:00 WIB
Ilustrasi bunga. (Pixabay)

Ilustrasi bunga. (Pixabay)

Hitekno.com - Makhluk hidup di Bumi terus beradaptasi dengan perubahan iklim dan gangguan lingkungan sekitarnya. Tentu saja jika tidak demikian, akan terancam punah. Termasuk dengan bunga yang beradaptasi dengan berubah warna.

Bahkan hasil penelitian terbaru, mendapati kalau seluruh bunga di dunia ini telah berubah warna jika dibandingkan sebelumnya.

Penelitian baru menunjukkan bagaimana bunga beradaptasi dengan cepat selama 75 tahun terakhir, sebagai respons terhadap kenaikan suhu dan penurunan ozon dengan mengubah pigmen ultraviolet (UV) di kelopaknya.

Baca Juga: Otak Manusia Ternyata Bisa Deteksi "Ular Berbisa", Begini Penelitiannya

Dilaporkan dalam jurnal Current Biology, para ilmuwan yang dipimpin oleh Clemson University, mengamati lebih dari 1.200 spesimen tanaman yang diawetkan.

Terhitung dari 42 spesies berbeda dari tiga benua yang berasal dari 1941 hingga 2017. Para ahli menganalisis tingkat pigmentasi bunga menggunakan kamera sensitif UV.

Penemuan menunjukkan bahwa pigmentasi bunga yang menyerap UV meningkat sepanjang paruh kedua abad ke-20.

Baca Juga: Hasil Penelitian Baru: Es Kutub Utara Diprediksi Hilang pada 2035

Faktanya, tingkat pigmentasi UV kelopak meningkat secara global dengan rata-rata 2 persen setiap tahun selama tujuh dekade terakhir. Ini bukan sebuah kebetulan, peningkatan tingkat pigmen selama beberapa dekade juga tercermin erat oleh peningkatan suhu dan penurunan ozon di atmosfer.

Bunga berubah warna. [Current Biology]
Bunga berubah warna. [Current Biology]

Ozon merupakan gas yang ditemukan di stratosfer Bumi dan sangat kuat menyerap radiasi UV dari Matahari. Mengingat jumlah total ozon di atmosfer Bumi terus menurun sejak tahun 1970-an, tumbuhan dan makhluk hidup lainnya terpapar lebih banyak radiasi UV.

Perubahan iklim juga menyebabkan radiasi UV lebih intens. Tanaman memang membutuhkan sinar Matahari untuk tumbuh, tetapi sama seperti kulit manusia, terlalu banyak radiasi UV dari Matahari dapat merusaknya.

Baca Juga: Penelitian Baru: Suhu Kutub Selatan Naik Tiga Kali Lebih Cepat

Pigmen pada bunga ini tidak terlihat oleh manusia seperti merah kelopak mawar atau kuning bunga bakung. Banyak pigmen, termasuk pigmen UV, tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi digunakan oleh bunga untuk menarik penyerbuk dan melindungi dari radiasi UV.

Karena itu, meskipun bunga-bunga tersebut mungkin tidak terlihat terlalu berbeda saat ini di mata manusia, tapi tumbuhan itu telah mengalami perubahan yang signifikan dalam waktu yang sangat cepat, dalam upaya untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang berubah-ubah.

Tidak semua kelopak bunga terkena dampaknya secara merata. Pertama-tama, tanaman yang mengalami penurunan ozon yang lebih besar menunjukkan peningkatan pigmentasi yang lebih besar.

Baca Juga: Penelitian Terbaru, Ilmuwan Ungkap Umur Lempeng Tektonik Bumi

Lapisan ozon [Shutterstock]
Lapisan ozon [Shutterstock]

Kedua, tanaman dengan serbuk sari yang terpapar juga lebih mungkin mengalami peningkatan pigmentasi karena bagian ini sangat sensitif terhadap UV dan tekanan suhu tinggi dapat membuat serbuk sari tidak subur.

Dilansir dari IFL Science, Kamis (1/10/2020), para ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan pigmen ini dapat berdampak besar pada kinerja reproduksi tanaman karena pewarnaan adalah salah satu alat utama untuk menarik penyerbuk.

Kontras antara bagian kelopak yang menyerap UV dan yang memantulkan UV mungkin menjadi teredam setelah melakukan adaptasi ini, sehingga membuat tanaman menjadi lebih sulit menarik perhatian penyerbuk.

Itulah hasil penelitian baru yang mendapati bunga di Bumi telah berubah warna karena beradaptasi pada penyerapan UV yang berbeda. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Menyambut tahun 2025, terdapat beberapa kunci tren yang diprediksi akan terus membentuk masa depan biometrik di pasar In...

sains | 15:42 WIB

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB