Hitekno.com - Saking banyaknya satelit Starlink dari SpaceX, ternya memicu reaksi penolakan dari para astronom. Bahkan sampai melakukan protes keras karena bisa mengganggu pengamatan langit malam.
Beberapa komunitas astronom sekarang berharap bahwa PBB juga dapat membantu melindungi langit malam dari megaconstellations satelit Starlink milik SpaceX.
Langkah yang diambil para astronom dimulai dengan lokakarya online yang disebut "Dark and Quiet Skies for Science and Society", yang diselenggarakan bersama oleh Kantor Urusan Luar Angkasa PBB (UNOOSA) dan Persatuan Astronomi Internasional.
Baca Juga: SpaceX Klaim Kecepatan Unduh Satelit Starlink Capai 100 Megabit per Detik
Lokakarya yang dilakukan pada 8 Oktober, secara khusus membahas dampak megaconstellations terhadap astronomi dan cara mengurangi efeknya. Diskusi itu akan menghasilkan laporan yang akan diserahkan ke Komite PBB untuk Peaceful Uses of Outer Space.
"Harapan jangka panjang kami adalah dapat membujuk PBB untuk mengeluarkan pedoman tentang melindungi langit malam yang akan mencerminkan kompromi yang wajar antara operator satelit dan kebutuhan astronom," kata Jonathan McDowell, astronom dan pelacak satelit yang berbasis di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, seperti dikutip Space.com, Rabu (14/10/2020).
McDowell menambahkan, pedoman tersebut kemudian akan diambil alih oleh pemerintah nasional sebagai peraturan perizinan, jika semua berjalanan sesuai rencana.
Baca Juga: SpaceX Berhasil Meluncurkan 60 Satelit Starlink, Bawa Sistem Uji Terbaru
Pedoman semacam itu mungkin mendorong operator merancang pesawat luar angkasa seminimal mungkin dan menjaganya pada ketinggian yang lebih rendah dari 600 kilometer. Ini adalah pendekatan baru bagi komunitas astronomi, yang belum banyak terlibat dalam masalah tata ruang angkasa.
Dampak pada astronomi di darat diperkirakan datang dari tiga konstelasi komersial terbesar, yang semuanya dirancang untuk memancarkan layanan internet dari orbit Bumi rendah (LEO), seperti Starlink SpaceX, jaringan OneWeb, dan Project Kuiper yang akan dijalankan oleh Amazon.
Baca Juga: SpaceX Batal Luncurkan Starlink Lagi, Kenapa?
SpaceX dan Amazon berencana untuk memepertahankan satelit mereka di dekat atau di bawah garis 360 mil, tetapi konstelasi OneWeb akan terbang jauh lebih tinggi, sekitar 750 mil.
Amazon mengatakan bahwa Project Kuiper akan terdiri dari sekitar 3.200 pesawat luar angkasa. Sementara SpaceX mengantongi izin dari Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat untuk menempatkan 12.000 satelit Starlink. Sedangkan OneWeb berencana untuk meluncurkan 48.000 pesawat luar angkasa.
Menurut UNOOSA, secara total kini telah diluncurakn kurang dari 10.000 objek ke perbatasan terakhir sejak awal era luar angkasa pada 1957.
Baca Juga: Seorang Astronom Berhasil Merekam Satelit StarLink dari SpaceX Melintas
Meski begitu, tidak ada kepastian berapa banyak satelit internet yang akan diluncurkan ke luar angkasa. SpaceX saat ini telah meluncurkan hampir 800 Starlink dan berencana untuk terus meluncurkannya.
Amazon belum menempatkan satu satelit pun untuk Project Kuiper, sementara OneWeb telah mengorbitkan 74 satelit. Tapi, perusahaan tersebut baru-baru ini mengalami kebangkrutan dan dibeli oleh grup yang dipimpin bersama oleh pemerintah nasional Inggris.
McDowell mengelompokkan dampak yang akan terjadi pada astronomi. Dampak dari 10.000 satelit internet LEO pada pengamatan astronomi berada di level "parah", sementara 100.000 satelit dikelompokkan sebagai "bencana besar".
Para astronom sebelumnya telah melakukan diskusi dengan SpaceX dan berhasil mengurangi kecerahan satelit Starlink dengan menambahkan semacam pelindung pada badan satelit sehingga tidak memantulkan sinar Matahari.
McDowell mengatakan bahwa ia menghargai upaya semacam itu. Namun, pedoman PBB juga dapat membantu mengurangi potensi dampak lain dari megaconstellations yang akan datang, seperti lingkungan orbit yang semakin berantakan.
Itulah protes para astronom yang meminta PBB untuk melindungi pengamatan langit malam megaconstellations satelit Starlink milik SpaceX. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).