Waduh, Roket China Nyaris Tabrak Rongsokan Satelit Soviet

Keduanya sudah berjarak 25 meter saja, beruntung bisa terhindar dari tabrakan maut.

Agung Pratnyawan

Posted: Sabtu, 17 Oktober 2020 | 15:00 WIB
Ilustrasi satelit. (Pixabay)

Ilustrasi satelit. (Pixabay)

Hitekno.com - Roket China hampir saling bertabrakan berisiko tinggi dengan satelit Uni Soviet yang telah mati.  Beruntung, bisa menghindar dari potongan besar puing orbital tersebut.

Tabrakan ini hampir saja terjadi saat melintas di atas Samudera Atlantik Selatan pada Kamis malam (15/10/2020).

Perusahaan pelacak luar angkasa yang berbasis di California, LeoLabs, memberi tahu publik sebelumnya tentang pendekatan itu, saat keduanya terbang 616 mil di atas Bumi, di jalur yang membawa puing melintasi wilayah di lepas pantai Antartika.

Baca Juga: Astronom Minta PBB Lindungi Langit Malam dari Satelit SpaceX, Kenapa?

Analisis LeoLabs sebelumnya menunjukkan bahwa kedua objek akan berjarak 25 meter satu sama lain dan kemungkinan terjadinya tabrakan sebesar 10 persen. Perusahaan menganggap potensi kecelakaan sebagai risiko yang sangat tinggi.

Tetapi pemindaian selanjutnya menunjukkan bahwa tabrakan antara roket China dan puing rongsokan satelit Uni Soviet ini tidak terjadi.

"Tidak ada indikasi tabrakan. Badan roket China CZ-4C R/B melewati LeoLabs Kiwi Space Radar setelah waktu pendekatan terdekat," cuit LeoLabs melalui akun Twitter pada Kamis (15/10/2020) malam.

Baca Juga: Menurut Kepala LAPAN, Kiamat Bisa Terjadi di Bumi Jika Satelit Terganggu

Menurut LeoLabs, satelit Uni Soviet yang mati dan badan roket China memiliki massa gabungan sekitar 2.800 kg. Kedua benda itu meluncur ke arah satu sama lain dengan kecepatan relatif 32.900 mil per jam sehingga jika terjadi tabrakan, akan sangat merusak dan menghasilkan awan puing yang sangat besar.

Animasi model dari LeoLabs tentang mendekatnya dua rongsokan milik Soviet dan China. Untungnya tidak terjadi sesuatu apapun [(c) LeoLabs via Twiter, Space.com].
Animasi model dari LeoLabs tentang mendekatnya dua rongsokan milik Soviet dan China. Untungnya tidak terjadi sesuatu apapun [(c) LeoLabs via Twiter, Space.com].

Tabrakan kemungkinan akan menyebabkan peningkatan yang signifikan, sekitar 10 hingga 20 persen di lingkungan puing-puing orbit rendah Bumi.

Meski tidak menimbulkan risiko bagi manusia di Bumi, tabrakan bisa menyebabkan lebih banyak puing mengorbit Bumi yang dapat meningkatkan risiko tabrakan lain di masa depan. Puing-puing itu juga bisa mengancam astronot.

Baca Juga: Saking Banyaknya, Astronom Frustasi karena Satelit SpaceX

Dilansir dari Space.com pada Jumat (16/10/2020), lingkungan puing-puing ini sudah cukup besar. Para ilmuwan memperkirakan sekitar 34.000 objek dengan lebar lebih dari empat inci sedang mengelilingi Bumi saat ini.

Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), mungkin ada 900.000 atau lebih objek orbital dengan lebar antara 0,4 inci hingga empat inci di orbit Bumi dan sebanyak 128 juta objek dalam rentang ukuran 0,04 inci hingga 0,4 inci.

Meskipun berukuran kecil, puing-puing itu dapat menyebabkan kerusakan besar pada satelit hingga Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Baca Juga: Misi Peluncuran Satelit, Pendorong Roket China Hampir Menimpa Sekolah

Masalahnya, puing-puing akan terus bertambah karena semakin banyak satelit yang diluncurkan ke luar angkasa. Menurut banyak pakar, jika tidak ditangani dan lepas kendali, kondisi akan mengancam aktivitas luar angkasa dan eksplorasi.

Itulah laporan hampir terjadinya tabrakan antara roket China dengan puing rongsokan satelit Uni Soviet yang telah mati. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB