Ilmuwan Temukan Tikus Seukuran Kelinci, Menggemaskan tapi Beracun

Menurut peneliti, tikus ini satu-satunya mamalia dengan racun mematikan.

Agung Pratnyawan

Posted: Selasa, 24 November 2020 | 06:00 WIB
Penemuan tikus jambul Afrika. [Mammalogy]

Penemuan tikus jambul Afrika. [Mammalogy]

Hitekno.com - Penelitian baru telah menemukan seekor tikus misterius yang hidup di afrika. Satwa ini terlihat menggemaskan dan berukuran sebesar kelinci, namun siapa sangka beracun.

Penemuan tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Mammalogy yang menyebutkan satu-satunya mamalia dengan racun mematikan.

Racun mematikan ini dikumpulkan oleh tikus tersebut dari beberapa tanaman yang digunakannya dalam mempertahankan diri dari serangan pemangsa.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Dua Spesies Mamalia Baru, Wujudnya Menggemaskan

Namun secara penampakan, tikus jambul Afrika (Lophiomys imhausi) tidak terlihat seperti pembunuh. Hewan ini menyerupai gabungan antara pom-pom dan sigung.

Racun yang dikumpulkan tikus tersebut melapisi tubuhnya dan hanya perlu beberapa miligram untuk membunuh manusia.

Meskipun baru dilaporkan dalam makalah, penduduk di Afrika Timur telah lama mencurigai tikus itu sebagai hewan berbahaya.

Baca Juga: Lihat Tikus Terjebak di Wajan, Netizen: Cocok Buat Koruptor

Pada 2011, studi awal tentang ciri-ciri tidak biasa dari tikus jambul menunjukkan bahwa hewan itu mengumpulkan racun dari pohon panah beracun (Acokanthera schimperi), yang telah dimanfaatkan manusia untuk berburu karena kaya akan cardenolides yang sangat beracun.

Penemuan tikus jambul Afrika. [Mammalogy]
Penemuan tikus jambul Afrika. [Mammalogy]

Ketika merasa terancam, tikus-tikus ini mengeluarkan jambul rambut di sepanjang punggung. Oleh karena itu, dihipotesiskan bahwa tikus tersebut mendapatkan senjata ini dengan mengunyah kulit kayu Acokanthera dan menjilati racun ke ujung bulunya.

Penelitian awal ini mengonfirmasi perilaku pada satu individu, tetapi seberapa luas perilaku serupa di antara tikus jambul masih belum jelas.

Baca Juga: Inilah Mamalia yang Mampu Hidup di Tempat Tertinggi di Dunia

Untuk mengetahui apakah perilaku itu umum, para ahli menjebak 25 tikus jambul Afrika dalam penelitian baru. Setelah meninjau hampir 1.000 jam rekaman, para ilmuwan menemukan bahwa mengumpulkan racun Acokanthera adalah hal biasa dan bahwa kehidupan sosial hewan unik ini sangat kompleks.

"Kami menempatkan kedua tikus ini bersama-sama di dalam kandang dan mereka mulai mendengkur serta merawat satu sama lain. Ini kejutan besar karena kami mengira hewan ini penyendiri. Saya menyadari bahwa kami memiliki kesempatan untuk mempelajari interaksi sosial mereka," kata Sara Weinstein, peneliti dari University of Utah, seperti dikutip IFL Science, Senin (23/11/2020).

Penemuan tikus jambul Afrika. [Mammalogy]
Penemuan tikus jambul Afrika. [Mammalogy]

Meskipun memiliki racun mematikan, hewan ini adalah herbivora yang menghabiskan sebagian besar waktu untuk makan dan berhenti untuk berkembang biak, serta merawat satu sama lain atau memanjat tembok untuk mencapai sarang.

Baca Juga: Sedih Banget, Mamalia Imut Ini Resmi Punah pada 2019 karena Perubahan Iklim

Tikus-tikus ini juga tampak monogami dan memiliki banyak ciri yang terlihat pada hewan monogami lainnya, seperti ukuran besar, harapan hidup panjang, dan tingkat reproduksi yang lambat.

Itulah penemuan tikus seukuran kelinci, meski mamalia ini terlihat imut namun ternyata memiliki racun mematikan. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

Berita Terkait
Berita Terkini

Tidak hanya direncanakan sebagai objek wisata, air dari Sendang Tirto Wiguno juga akan diolah menjadi air minum bagi war...

sains | 20:58 WIB

Keputih, yang dulunya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Surabaya, kini telah bertransformasi menjadi kampung la...

sains | 20:50 WIB

Program Kampung Berseri Astra (KBA) telah menjadi harapan baru bagi warga di kawasan 13 Ulu....

sains | 20:42 WIB

Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman....

sains | 16:31 WIB

Melalui Yandex Cloud, Yandex Weather, dan Yandex School of Data Analytics (YSDA) berkolaborasi untuk mengintegrasikan ke...

sains | 12:33 WIB